Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Beberapa hari setelah mengklaim keberhasilan mengirim satelit mata-mata militer ke orbit Bumi, kini Korea Utara mengklaim bahwa satelit tersebut mulai memantau dan mengirimkan citra Gedung Putih dan Pentagon dari luar angkasa.
Kantor berita resmi Korea Utara, KCNA, pada hari Selasa (28/11) mengatakan bahwa Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, telah menerima gambar Gedung Putih dan Pentagon yang diambil oleh satelit pengintaian Malligyong-1.
Pusat Kontrol Umum Administrasi Teknologi Dirgantara Nasional Pyongyang, pada hari Selasa pagi disebut telah menyerahkan laporan lain kepada Kim mengenai persiapan satelit untuk misi pengintaian penuh.
Baca Juga: Utusan AS dan Korea Utara Berseteru di Rapat Dewan Keamanan PBB
KCNA juga menyajikan foto-foto Naval Station Norfolk, Newport News Shipbuilding, dan area lapangan terbang di negara bagian Virginia, AS. Semuanya diambil pada pukul 23.35. Waktu Pyongyang tanggal 27 November.
Sementara itu, citra Gedung Putih dan Pentagon juga dirilis. Dua fasilitas vital AS itu diambil fotonya pada pukul 23.36 waktu Pyongyang tanggal 27 November.
KCNA juga merinci bahwa ada empat kapal induk bertenaga nuklir milik Angkatan Laut AS dan satu kapal induk Inggris yang terlihat di Naval Station Norfolk dan Newport News Shipbuilding.
Tidak hanya citra udara AS, Kim juga kabarnya menerima foto Pangkalan Angkatan Udara Andersen milik AS yang ada di pulau Guam. Foto ibu kota Italia yang diambil pada malam tanggal 25 November juga diserahkan kepada Kim.
Baca Juga: Kecam Semua Kritik, Korea Utara Janji Akan Luncurkan Lebih Banyak Satelit Mata-Mata
Satelit Mata-Mata Korea Utara
Korea Utara mengklaim telah berhasil menempatkan satelit mata-mata militer bernama Malligyong-1 pada 21 November lalu. Satelit ini dikirim dengan roket Chollima-1 yang menurut Barat menggunakan teknologi rudal balistik.
Sebagai respons atas penggunaan roket itu, Korea Selatan memutuskan untuk menangguhkan sebagian perjanjian dengan Korea Utara untuk mengurangi ketegangan pada tanggal 22 November.
Sehari setelahnya, Kementerian Pertahanan Korea Utara mengumumkan bahwa mereka tidak akan lagi mematuhi keseluruhan perjanjian. Pyongyang juga berjanji akan mengerahkan angkatan bersenjata yang lebih kuat dan perangkat keras militer tipe baru di wilayah sepanjang Garis Demarkasi Militer.
Dua Korea terikat dengan Perjanjian Militer Komprehensif (Comprehensive Military Agreement) yang ditandatangani pada pertemuan puncak tahun 2018 antara pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan mantan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in.
Perjanjian itu lahir sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi ketegangan di semenanjung dan membangun kepercayaan antara kedua negara.