Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Korea Utara mengatakan mereka tidak akan pernah menegosiasikan kedaulatannya dengan Amerika Serikat.
Selain itu, media pemerintah KCNA melaporkan pada hari Kamis, Korea Selatan juga mengkritik Washington sebagai negara yang "bermuka dua" karena menawarkan pembicaraan sambil meningkatkan aktivitas militer di wilayah tersebut.
Mengutip Reuters, Kim Yo Jong, saudara perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan seorang pejabat senior, mengatakan Amerika Serikat menunjukkan "tandar ganda yang ekstrim pada pertemuan Dewan Keamanan PBB minggu ini yang membahas mengenai peluncuran satelit mata-mata pertama Korea Utara baru-baru ini.
Pertemuan tersebut memicu pertikaian publik yang jarang terjadi antara Duta Besar AS Linda Thomas-Greenfield dan Duta Besar Korea Utara Kim Song. Keduanya berpendapat bahwa aktivitas militer negara mereka bersifat defensif.
Kim Yo Jong mengatakan Thomas-Greenfield menyoroti upaya untuk membuka kembali perundingan dengan Korea Utara meskipun negara tersebut tidak memiliki dasar yang dapat dibenarkan untuk menolak hak kedaulatan negara tersebut atas pengembangan ruang angkasa.
Baca Juga: Peternak Korea Selatan Marah Soal RUU Daging Anjing
Amerika Serikat dan Korea Selatan mengecam peluncuran satelit tersebut sebagai pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB yang melarang penggunaan teknologi rudal balistik oleh Korea Utara.
Kata Kim, menurut KCNA, Thomas-Greenfield juga gagal untuk membuat alasan yang lebih logis mengenai bagaimana AS mendukung keterlibatan diplomatik dan upayanya untuk melanjutkan dialog yang dipadukan dengan aktivitas militer provokatif dari kapal induk nuklir dan kapal selam nuklir AS yang dikerahkan di semenanjung Korea.
“Kami menegaskan sekali lagi kepada AS, yang meminta DPRK untuk menetapkan waktu dan agenda untuk melanjutkan dialog DPRK-AS. Kedaulatan sebuah negara merdeka tidak akan pernah bisa menjadi agenda perundingan, dan oleh karena itu, DPRK tidak akan pernah bertatap muka dengan AS untuk tujuan tersebut,” jelasnya.
Baca Juga: Zona Ekonomi Khusus Korea Utara, Rason, Bersiap untuk Bangkit Kembali
Kim juga mengatakan bahwa standar ganda dan praktik sewenang-wenang Washington yang merusak perdamaian dan stabilitas regional, bukan program luar angkasa negaranya.
Dalam artikel lainnya, KCNA mengatakan pemimpin Kim memeriksa foto pangkalan angkatan laut AS di San Diego dan pangkalan udara Kadena di Jepang, yang diambil dengan satelit mata-mata.
Pyongyang mengatakan satelit tersebut dirancang untuk memantau pergerakan militer AS dan Korea Selatan, dan telah memotret pangkalan militer AS di seluruh dunia, termasuk di Guam dan Italia, serta lokasi seperti Gedung Putih dan Pentagon.
Namun media pemerintah belum merilis gambar apa pun, sehingga memicu perdebatan di antara para pejabat dan analis di Seoul dan Washington mengenai seberapa mampu satelit tersebut untuk melakukan tugasnya sebagai mata-mata.
Dalam pernyataam terpisah, KCNA mengecam Korea Selatan karena mengintensifkan apa yang disebutnya gerakan provokatif perang melalui latihan militer gabungan dengan pasukan AS, yang melibatkan kapal induk USS Carl Vinson.
Mereka menuduh Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol memainkan peran kunci dalam meresmikan rencana provokasi perang nuklir yang konkrit dengan membawa aset-aset strategis nuklir AS dan meningkatkan latihan gabungan yang juga melibatkan Jepang.
Baca Juga: Satelit Mata-Mata Korea Utara Mulai Memantau Gedung Putih dan Pentagon
Kementerian Unifikasi Seoul, yang bertanggung jawab atas urusan antar-Korea, mengeluarkan pernyataan yang mendesak Pyongyang untuk menjauhkan diri dari jalur provokasi dan ancaman yang salah dan mengambil jalur dialog dan kerja sama.
Korea Selatan awalnya berencana meluncurkan satelit mata-mata pertamanya dengan roket Falcon 9 AS pada hari Kamis, namun rencana tersebut ditunda karena cuaca.