Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Lagi, Korea Utara (Korut) menembakkan rudal untuk ketiga kalinya dalam delapan hari terakhir pada Jumat (2/8). Menurut analis, serangkaian peluncuran rudal ini dirancang untuk meningkatkan kemampuan militer sekaligus menekan Amerika Serikat (AS dan Korea Selatan.
Pejabat AS yang berharap menghidupkan kembali perundingan yang macet dengan Korea Utara, menganggap enteng peluncuran rudal Korut itu. Pada pertemuan dengan Presiden AS Donald Trump 30 Juni 2019 lalu, Pemimpin Korut Kim Jong Un sepakat untuk menghidupkan kembali perundingan.
Baca Juga: Korea Utara dikabarkan masih akan menambakkan rudal lagi pada bulan Agustus ini
Reuters mengutip pejabat pemerintah Korea Selatan melaporkan, proyektil terbaru yang ditembakkan Korea Utara tampaknya rudal balistik jarak pendek.
Rudal terbang sejauh 220 kilometer (135 mil) dan mencapai ketinggian 25 kilometer (15 mil), kata Kepala Staf Gabungan Korea Selatan di Seoul.
Seorang pejabat AS mengatakan intelijen AS telah mendeteksi setidaknya satu proyektil, dan mungkin lebih, yang tidak menimbulkan ancaman bagi Amerika Utara. Pejabat AS mengatakan dari informasi awal mengindikasikan bahwa rudal itu mirip dengan dua uji coba rudal jarak pendek lainnya oleh Pyongyang sejak pekan lalu.
Baca Juga: Korut tembakkan rudal balistik jarak pendek untuk hentikan latihan militer Korsel-AS
Media pemerintah Korea Utara melaporkan Kim Jong Un mengawasi peluncuran rudal tersebut. Kim juga mengamati peluncuran rudal balistik jarak pendek pada minggu lalu.
Peluncuran rudal itu tampaknya dimaksudkan untuk menekan Korea Selatan dan Amerika Serikat agar menghentikan latihan militer gabungan yang direncanakan akhir bulan ini.
"Pemerintah Kim dengan tekun meningkatkan kemampuan militer serta mensinyalkan tuntutan negosiasi dengan tes tersebut," kata Leif-Eric Easley, pakar hubungan internasional di Universitas Ewha Seoul seperti dikutip Reuters.
Tanggapan Trump
Presiden Trump ketika dimintai komentar di Gedung Putih sebelum berangkat untuk melakukan perjalanan kampanye ke Ohio mengira Kim sedang mengujinya dan mengatakan peluncuran itu tidak melanggar janji pemimpin Korea Utara.
Trump juga mengatakan rudal yang ditembakkan adalah rudal jarak pendek. "Kami tidak pernah membuat kesepakatan tentang itu. Saya tidak punya masalah," katanya.
Trump mengatakan dia tidak pernah membuat perjanjian mengenai rudal jarak pendek.
Baca Juga: Uji rudal Korut terbang 250 km, Jepang tak merasa terancam langsung
Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 negara dengan suara bulat pada tahun 2006 meminta Korea Utara menangguhkan semua kegiatan yang berkaitan dengan program rudal balistik dan membangun kembali komitmen yang sudah ada sebelumnya untuk sebuah moratorium peluncuran rudal.
Dewan Keamanan AS bertemu secara tertutup di New York pada Kamis (1/8) untuk membahas peluncuran rudal terbaru.
Para menteri luar negeri yang menghadiri KTT Asia Timur dari 18 negara ASEAN menyatakan keprihatinannya bahwa uji coba rudal Korut berdampak negatif pada dialog, kata seorang pejabat kementerian luar negeri Thailand.
Baca Juga: Menlu AS Mike Pompeo siap datang ke Iran, tapi undang sekutunya kawal Selat Hormuz
Setelah pertemuan itu, perwakilan Inggris, Prancis dan Jerman mendesak Korea Utara untuk terlibat dalam pembicaraan dengan AS dan mengatakan sanksi internasional perlu ditegakkan sepenuhnya sampai Pyongyang membongkar program-program rudal nuklir dan balistiknya.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan sanksi AS tetap sepenuhnya di tempatnya. "Kami bekerja dengan negara-negara di seluruh dunia, banyak di kawasan ini, melakukan pekerjaan besar untuk menegakkan itu," katanya.
Batalkan pertemuan
Pompeo juga kecewa rekan dengan Korea Utara Utara yang telah membatalkan rencana perjalanan ke pertemuan ASEAN. "Saya pikir itu akan memberi kita kesempatan untuk melakukan serangkaian percakapan lagi," ujarnya.
Utusan nuklir dari AS, Korea Selatan dan Jepang dijadwalkan bertemu di sela-sela pertemuan ASEAN pada Jumat (2/8), untuk membahas tes terbaru rudal Korea Utara dan cara-cara untuk memulai kembali pembicaraan antara AS dan Korea Utara.
Baca Juga: Memanas, Amerika Serikat (AS) dan Prancis terancam terlibat perang dagang
Andrei Lankov, Direktur Korea Risk Group, sebuah lembaga think tank, mengatakan tes rudal terbaru tidak berarti Pyongyang tidak lagi tertarik untuk melakukan pembicaraan dengan Amerika Serikat.
"Sebaliknya, pilihan rudal jarak pendek adalah tanda bahwa, untuk saat ini, Pyongyang tetap serius untuk membuat kesepakatan dengan AS," tulisnya dalam laporan untuk NK News, sebuah situs web yang memantau Korea Utara.