kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Krisis utang AS bisa memicu krisis baru


Jumat, 29 Juli 2011 / 09:10 WIB
Krisis utang AS bisa memicu krisis baru
ILUSTRASI. Kurs dollar-rupiah di BNI hari ini Senin 19 Oktober, intip sebelum tukar valas./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/16/10/2020.


Reporter: Umar Idris, Noverius Laoli, Petrus Dabu | Editor: Edy Can

JAKARTA. Ancaman krisis global terus mengintai. Itu bila Pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Kongres AS gagal mencapai kesepakatan menaikkan plafon utang negara. Jika kebuntuan ini belum terpecahkan sebelum 2 Agustus 2011, bukan mustahil krisis utang AS akan menjalar ke seantero dunia, seperti yang terjadi tahun 2008.

Pasar sudah lebih dulu bereaksi. Bloomberg mencatat, Indeks Dow Jones Rabu (27/7) jatuh 200 poin atau 2%. Begitu pula dengan indeks Standard & Poor’s 500 yang juga turun 2%, penurunan terdalam dalam dua bulan ini. Selain itu, premi risiko gagal bayar AS naik ke level tertinggi sejak Februari 2010.

Para investor mulai pesimistis melihat Kongres dan Pemerintah AS belum juga mencapai kesepakatan. Kemarin waktu AS, Kongres AS dijadwalkan melakukan voting untuk menyetujui atau menolak kenaikan batas utang AS yang kini mencapai US$ 14,3 triliun. Dari total nilai surat utang ini, sekitar 30% dikuasai investor asing, dan 70% domestik.

Saat ini produk domestik bruto (PDB) AS sekitar US$ 15 triliun, setara 25% perekonomian dunia yang berkisar US$ 60 triliun. "Guncangan ekonomi AS otomatis akan dirasakan khususnya oleh negara-negara mitra dagang AS," kata David Sumual, pengamat ekonom, Kamis (28/7).

Standard & Poor’s, Moody’s Investors Service, dan Fitch Ratings sudah bersiap memangkas rating kredit AS, jika gagal mengatasi kebuntuan batas utang. Penurunan peringkat ini akan menaikkan biaya utang di AS serta menekan dollar AS. "Bank-bank yang memegang surat utang AS akan terganggu likuiditasnya dan mempengaruhi ekonomi," timpal Purbaya Yudhi Sadewa, Kepala Ekonom Danareksa Research Institute.

Imbas penurunan peringkat utang AS bisa saja berefek domino ke Indonesia melalui ekspor dan sektor finansial. Apalagi Indonesia memiliki surat utang pemerintah AS. Cuma berapa besarnya, Difi A Johansyah, Kepala Biro Hubungan Masyarakat Bank Indonesia (BI) tak bisa menyebutkan. Yang pasti, kata dia, BI telah mengantisipasinya dengan melakukan diversifikasi devisa.

Purbaya yakin Pemerintah AS dan Kongres akan segera mencapai kesepakatan. Toh, masalah ini tak bisa dipandang sebelah mata. Dalam laporan terbarunya, ADB memperingatkan negara-negara di Asia atas masalah ini. Menurut ADB, pelemahan dollar AS akibat penurunan peringkat utang AS akan berakibat buruk bagi ekonomi Asia.




TERBARU

[X]
×