Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - BEIJING/NEW DELHI. Bentrokan berdarah di Himalaya antara dua negara terpadat di dunia merenggut nyawa 20 tentara India. Hal itu diungkapkan oleh pejabat pemerintahan India pada Selasa (16/6/2020).
Melansir AP, bentrokan di wilayah Ladakh Senin -di mana para pejabat India mengatakan tidak ada pihak yang melepaskan tembakan- adalah konfrontasi mematikan pertama antara India dan China sejak 1975. Para pakar politik mengatakan akan sulit bagi kedua negara untuk meredakan ketegangan yang meningkat.
Kronologi bentrokan ini bermula dari tuduhan China bahwa pasukan India melakukan "serangan provokatif" terhadap pasukannya tanpa menawarkan rincian lebih lanjut dan tidak mengungkapkan jika ada tentaranya yang tewas.
Baca Juga: Pertempuran tanpa senjata China vs India, puluhan tentara tewas!
Menurut sumber AP yang namanya tidak mau disebut, pasukan India dan China saling bertarung dengan tinju dan batu.
Angkatan Darat India pada awalnya mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tiga tentara India telah meninggal, tetapi kemudian memperbaharui jumlahnya menjadi 20 dan mengatakan 17 tentara dalam kondisi kritis akibat luka dalam saat menjalankan tugas di lokasi sengketa dan terserang suhu di bawah nol di daerah dataran tinggi. Pernyataan itu tidak mengungkapkan cedera seperti apa yang diderita para prajurit.
Baca Juga: UPDATE: 20 Tentara India tewas akibat bentrok dengan tentara China
Informasi saja, China mengklaim sekitar 90.000 kilometer persegi (35.000 mil persegi) wilayah di timur laut India. Sementara India mengatakan China menempati 38.000 kilometer persegi (15.000 mil persegi) dari wilayahnya di Dataran Tinggi Aksai Chin di Himalaya, bagian yang berdekatan dari wilayah Ladakh.
India secara sepihak mendeklarasikan Ladakh sebagai wilayah federal sambil memisahkannya dari Kashmir yang disengketakan pada Agustus 2019. China termasuk di antara segelintir negara yang mengecam keras langkah itu, meningkatkannya di forum internasional termasuk Dewan Keamanan AS.
Ribuan tentara dari kedua belah pihak berhadapan selama sebulan di Garis Kontrol Aktual sepanjang 3.380 kilometer (2.100 mil), perbatasan yang dibangun setelah perang antara India dan China pada 1962.
Baca Juga: Di ambang perang, militer China desak India hentikan tindakan provokatif
Setelah bentrokan tejadi, kedua belah pihak memisahkan diri dari daerah di mana pertempuran itu terjadi, kata pernyataan Angkatan Darat India.
Michael Kugelman, seorang spesialis Asia Selatan di Wilson Center, mengatakan bahwa kedua negara tidak mungkin berperang karena mereka tidak dapat "melakukan konflik."
"Tapi mari kita perjelas: Kami meyakini bahwa hal ini tidak secara ajaib menghilang setelah terjadinya bentrokan dengan jumlah kematian yang lebih tinggi. Krisis ini tidak akan berakhir dalam waktu dekat," jelasnya kepada AP.
Baca Juga: Tiga tentara India tewas oleh pasukan Tiongkok, China-India memanas
Pengakuan India
Mengutip BBC, pada Selasa pagi, tentara India mengatakan tiga tentaranya, termasuk seorang perwira, tewas dalam bentrokan di Ladakh, di wilayah Kashmir yang disengketakan.
Kemudian pada hari yang sama, kedua pihak mengeluarkan pernyataan yang mengatakan mereka telah memisahkan diri.
India menambahkan bahwa terdapat 17 tentara India yang mengalami luka kritis dalam menjalankan tugas dan meninggal karena luka-luka mereka. Hal ini menjadikan total korban pasukan India yang tewas dalam pertempuran itu menjadi 20 orang.
Pengakuan China
Kepala editor harian Global Times mengatakan, militer China juga menderita korban dalam bentrokan perbatasan dengan tentara India.
"Berdasarkan apa yang saya ketahui, pihak China juga menderita korban dalam bentrokan fisik di Lembah Galwan," kata Hu Xijin dalam tweetnya. Sayang, dia tidak memberikan rincian lebih lanjut.
The Global Times diterbitkan oleh People's Daily, surat kabar resmi Partai Komunis China yang berkuasa.
Baca Juga: Militer India sebut tiga anggotanya tewas di perbatasan dengan China
China tidak mengkonfirmasi adanya korban, tetapi menuduh India pada gilirannya menyeberangi perbatasan ke pihak China.
Juru bicara kementerian luar negeri China, Zhao Lijian mengatakan India telah melintasi perbatasan dua kali pada hari Senin. "India telah memprovokasi dan menyerang personil militer Tiongkok, yang mengakibatkan konfrontasi fisik yang serius antara pasukan perbatasan di kedua sisi," demikian laporan kantor berita AFP.
Kedua pihak bersikeras tidak ada peluru telah ditembakkan dalam empat dekade, dan tentara India mengatakan pada hari Selasa bahwa "tidak ada tembakan yang ditembakkan" dalam pertempuran terbaru ini.
Tidak jelas bagaimana suatu bentrokan yang tidak melibatkan pertukaran senjata api, namun bisa begitu mematikan. Ada laporan bahwa kedua negara bertempur dengan batu dan tongkat.
Baca Juga: China dan Korut tingkatkan persenjataan nuklir, pakar: Dunia menjadi lebih berbahaya
Media setempat melaporkan bahwa tentara India telah "dipukuli sampai mati".
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian tidak memberikan perincian tentang korban di pihak China, tetapi mengatakan bahwa China melakukan protes keras atas insiden itu dan tetap berkomitmen untuk menjaga "perdamaian dan ketenangan" di sepanjang perbatasan yang diperselisihkan dan sangat termiliterisasi.
Baca Juga: China menambah 30 hulu ledak nuklir tahun lalu, kestabilan dunia terancam?
"Tetapi yang mengejutkan adalah bahwa pada 15 Juni, pasukan India secara serius melanggar konsensus kedua belah pihak, melintasi perbatasan secara ilegal dua kali dan melakukan serangan provokatif terhadap personil Tiongkok, yang mengakibatkan konflik fisik yang serius antara kedua pasukan perbatasan," kata Zhao kepada AP.