Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Insiden bom bunuh diri di bandara Kabul pada hari Kamis (26/8) jelas membuat Amerika Serikat geram. Pasalnya, 12 tentara AS tewas dalam insiden tersebut.
Presiden AS Joe Biden dalam konferensi persnya berjanji akan memburu mereka yang bertanggung jawab atas ledakan tersebut. Biden juga telah meminta Pentagon untuk mengembangkan rencana untuk menyerang balik mereka.
"Kami tidak akan memaafkan, kami tidak akan melupakan. Kami akan memburu Anda dan membuat Anda membayarnya," ungkap Biden dalam sambutannya di Gedung Putih, seperti dikutip Reuters hari Jumat (27/8).
Baca Juga: Bom bunuh diri di bandara Kabul tewaskan 12 tentara AS, Pentagon: Ancaman tetap ada
Lebih lanjut, Biden menegaskan bahwa AS tidak akan bisa dihalangi oleh teroris, termasuk dalam proses evakuasi warga dari Afghanistan.
Islamic State Khorasan (ISIS-K), afiliasi militan yang sebelumnya memerangi pasukan AS di Suriah dan Irak, mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Biden mengatakan dia telah memerintahkan komandan militer AS untuk mengembangkan rencana operasional untuk menyerang aset, kepemimpinan, dan fasilitas ISIS-K.
"Kami akan menemukan cara yang kami pilih, tanpa operasi militer besar, untuk mendapatkannya," ungkapnya.
Melansir Reuters, juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan bahwa Biden akan tetap pada rencana awal untuk menyelesaikan proses evakuasi pada hari Selasa (31/8) pekan depan.
Baca Juga: AS berjanji menekan Taliban untuk mengizinkan evakuasi warga melewati 31 Agustus 2021
Mengenai ancaman keamanan baru-baru ini, Biden akan tetap mendengarkan berbagai masukan dari para penasihat militer negara.
Serangan bom bunuh diri kali ini sekaligus menandai korban militer AS pertama di Afghanistan sejak Februari 2020. Insiden yang menewaskan 12 prajurit ini juga merupakan insiden paling mematikan bagi pasukan AS di Afghanistan dalam satu dekade.
Setidaknya dua ledakan menghancurkan kerumunan yang memadati gerbang Bandara Internasional Hamid Karzai.
Dalam pernyataan resminya, ISIS mengaku bertanggung jawab dan mengatakan salah satu pelaku bom bunuh diri menargetkan penerjemah dan kolaborator dengan tentara AS.