Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ibu kota Ukraina, Kyiv, kembali diguncang serangan besar-besaran pada Minggu dini hari.
Menurut pemantau independen, ini merupakan salah satu serangan drone dan rudal Rusia terbesar yang menargetkan Kyiv dan wilayah sekitarnya sejak invasi penuh dimulai pada Februari 2022.
Korban Jiwa dan Kerusakan di Kyiv
Kepala administrasi militer Kyiv, Tymur Tkachenko, menyebut sedikitnya tiga orang tewas dan sekitar 10 orang luka-luka akibat serangan tersebut. Salah satu korban jiwa dilaporkan adalah seorang anak perempuan berusia 12 tahun, meskipun hal ini belum dikonfirmasi secara resmi.
Baca Juga: Harga Minyak Naik Imbas Serangan Pesawat Tak Berawak Ukraina Pangkas Pasokan Rusia
Serangan menyebabkan kebakaran di sebuah rumah sakit kardiologi milik negara, menurut Wali Kota Kyiv Vitali Klitschko. Ledakan dan tembakan anti-pesawat terdengar selama berjam-jam, sementara drone terbang rendah di atas kota.
Banyak warga terpaksa mencari perlindungan di stasiun metro bawah tanah, sebagian bermalam dengan alas seadanya sambil memantau perkembangan melalui ponsel.
Tidak hanya Kyiv, serangan juga menghantam kota Zaporizhzhia di Ukraina selatan. Otoritas setempat melaporkan 16 orang terluka, termasuk tiga anak-anak. Beberapa bangunan mengalami kerusakan parah dan kebakaran, sebagaimana terlihat dalam video yang beredar di media sosial.
Respons Pemerintah Ukraina
Menteri Luar Negeri Ukraina, Andrii Sybiha, menyebut serangan itu sebagai “serangan udara masif” dengan ratusan rudal dan drone. Ia menegaskan perlunya sanksi internasional yang lebih keras terhadap Rusia.
Baca Juga: Ekspor Minyak Rusia ke Turki Menurun
“Putin harus merasakan bahaya melanjutkan perang ini — secara pribadi untuk dirinya, kantong kroninya, ekonominya, dan rezimnya. Hanya itu yang bisa membuatnya menghentikan perang tanpa makna ini,” tulis Sybiha di platform X (Twitter).
Akibat serangan tersebut, Polandia menutup wilayah udara di dekat dua kota di tenggara serta mengerahkan jet tempurnya sebagai langkah antisipasi. Hal ini menunjukkan meningkatnya risiko eskalasi yang berdampak langsung pada negara-negara tetangga Ukraina.