kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.914.000   24.000   1,27%
  • USD/IDR 16.326   31,00   0,19%
  • IDX 7.891   -53,11   -0,67%
  • KOMPAS100 1.111   -9,64   -0,86%
  • LQ45 829   2,03   0,24%
  • ISSI 266   -2,45   -0,91%
  • IDX30 429   0,72   0,17%
  • IDXHIDIV20 496   2,85   0,58%
  • IDX80 125   0,16   0,13%
  • IDXV30 131   0,34   0,26%
  • IDXQ30 139   0,61   0,44%

Laba Korporasi India Diperkirakan Turun Paling Dalam di Antara Negara Asia Lainnya


Kamis, 21 Agustus 2025 / 15:14 WIB
Laba Korporasi India Diperkirakan Turun Paling Dalam di Antara Negara Asia Lainnya
ILUSTRASI. Craftsmen work on diamonds inside a diamond processing unit in Surat, India, April 3, 2025. REUTERS/Anushree Fadnavis 


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - MUMBAI. Laba perusahaan di India diperkirakan mengalami penurunan paling tajam di Asia. Para analis kompak memangkas proyeksi perusahaan di India akibat lonjakan tarif impor Amerika Serikat yang dapat meningkatkan risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi. 

Berdasarkan data LSEG IBES, proyeksi laba 12 bulan ke depan untuk perusahaan-perusahaan besar dan menengah India telah dipangkas sebesar 1,2% dalam dua pekan terakhir. Ini menjadi penurunan paling tajam di kawasan Asia.

Pemangkasan ini mengikuti musim laporan keuangan triwulanan yang lesu, memperpanjang tren pelemahan kinerja perusahaan tercatat yang telah dimulai sejak tahun lalu dan membebani indeks saham acuan India.

Meskipun ekonomi India sangat bergantung pada konsumsi domestik dan hanya sekitar 9% pendapatan perusahaan dalam indeks Nifty 50 berasal dari Amerika Serikat, kenaikan tarif impor AS hingga 50% tetap menjadi ancaman bagi pertumbuhan ekonomi India.

Baca Juga: India Luncurkan Agni-5, Rudal Balistik Berkemampuan Nuklir

Analisis oleh MUFG menunjukkan tarif 50% yang diberlakukan secara berkelanjutan dapat mengurangi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) India sebesar 1 poin persentase, dengan sektor yang paling terdampak adalah sektor padat karya seperti tekstil.

Untuk mendorong konsumsi dalam negeri, Perdana Menteri Narendra Modi baru-baru ini mengumumkan reformasi pajak besar-besaran guna memperkuat perekonomian di tengah konflik dagang dengan Washington.

"Ini saat yang cukup menarik, mengingat apa yang terjadi dengan tarif yang dikenakan kepada India," ujar Raisah Rasid, ahli strategi pasar global di J.P. Morgan Asset Management dikutip Reuters.

Ia menambahkan, valuasi saham India masih tinggi dan tarif ini bisa memicu penyesuaian valuasi secara menyeluruh dan menjadikan saham-saham yang berfokus pada pasar domestik lebih menarik.

Pertumbuhan laba perusahaan India telah berada di kisaran satu digit selama lima kuartal berturut-turut, jauh di bawah pertumbuhan laba 15%–25% yang terlihat antara tahun 2020–2021 hingga 2023–2024.

Setelah pengumuman laporan keuangan untuk periode April–Juni, estimasi laba bersih 12 bulan ke depan untuk sektor otomotif dan komponennya, barang modal, makanan dan minuman, serta barang konsumsi tahan lama, mengalami penurunan tajam masing-masing turun sekitar 1% atau lebih, menurut data tersebut.

Rencana pemerintah untuk menurunkan pajak konsumsi diperkirakan akan mendorong pertumbuhan PDB negara tersebut. Ekonom di Standard Chartered memperkirakan tambahan pertumbuhan sebesar 0,35–0,45 poin persentase pada tahun fiskal yang berakhir Maret 2027.

Baca Juga: India - China Sepakat Cairkan Ketegangan, Wang Yi: Harus Jadi Mitra, Bukan Lawan

Rata-rata pertumbuhan PDB riil India antara tahun fiskal 2022 hingga 2024 mencapai 8,8%, tertinggi di kawasan Asia-Pasifik. Namun, pertumbuhan tersebut diperkirakan melambat menjadi 6,8% per tahun dalam tiga tahun ke depan.

Survei manajer investasi terbaru dari Bank of America menunjukkan bahwa India turun dari pasar saham Asia yang paling disukai menjadi yang paling tidak disukai hanya dalam dua bulan terakhir.

"Setelah pertumbuhan laba yang mengecewakan sebesar hanya 6% pada tahun 2024, pemulihannya masih lambat di tahun 2025, sebagaimana tercermin dari parameter pertumbuhan ekonomi dan laba perusahaan," ujar Rajat Agarwal, ahli strategi saham Asia di Societe Generale.

Selanjutnya: Dinasti Shinawatra Hadapi Tiga Ujian Hukum, Politik Thailand di Ujung Tanduk

Menarik Dibaca: Kata Ahli, Minum Teh Hitam Bikin Umur Makin Panjang lo




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×