Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Korea Utara melakukan uji coba rudal terbesarnya sejak 2017 pada Minggu (31/1/2022). Ada dugaan Korea Utara mengirimkan rudal balistik jarak menengah ke luar angkasa. Hal ini dianggap membawa negara bersenjata nuklir itu selangkah lebih dekat untuk melanjutkan pengujian jarak jauh.
Mengutip Reuters, Kepala Staf Gabungan Korea Selatan melaporkan bahwa sebuah proyektil yang diyakini sebagai rudal balistik tunggal diluncurkan sekitar pukul 7:52 pagi (2252 GMT) dari Provinsi Jagang Korea Utara menuju laut di lepas pantai timurnya.
Dewan Keamanan Nasional Korea Selatan (NSC), yang mengadakan pertemuan darurat langka yang dipimpin oleh Presiden Moon Jae-in, mengatakan bahwa uji coba tersebut tampaknya melibatkan rudal balistik jarak menengah (IRBM), yang belum pernah diuji oleh Korea Utara sejak 2017.
Menurut Moon, peluncuran itu membawa Korea Utara selangkah lebih dekat untuk sepenuhnya menghapus moratorium yang diberlakukan sendiri untuk menguji rudal balistik antarbenua (ICBM) jarak jauhnya.
Baca Juga: Pentagon: Peluncuran Rudal Korea Utara Harus Ditanggapi dengan Serius
Moon mencatat, uji coba rudal bulan ini mengingatkan pada ketegangan yang meningkat pada tahun 2017, ketika Korea Utara melakukan beberapa uji coba nuklir dan meluncurkan rudal terbesarnya, termasuk beberapa yang terbang di atas Jepang.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengatakan dia tidak lagi terikat oleh moratorium itu, termasuk penghentian uji coba senjata nuklir dan diumumkan pada 2018 di tengah kesibukan diplomasi dan pertemuan puncak dengan Presiden AS Donald Trump yang menjabat saat itu.
Sebelumnya, melansir Reuters, penguasa Korea Utara menyarankan pada bulan ini bahwa mereka dapat memulai kembali kegiatan pengujian itu karena Amerika Serikat dan sekutunya tidak menunjukkan tanda-tanda akan membatalkan "kebijakan bermusuhan" mereka.
Baca Juga: AS Minta PBB Menjatuhkan Lebih Banyak Sanksi Terhadap Korut atas Peluncuran Rudal
"Amerika Serikat mengutuk tindakan ini dan menyerukan (Korea Utara) untuk menahan diri dari tindakan destabilisasi lebih lanjut," kata Komando Indo-Pasifik militer AS dalam sebuah pernyataan setelah peluncuran hari Minggu.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan peluncuran itu menunjukkan ancaman yang ditimbulkan oleh senjata pemusnah massal dan program rudal balistik Korea Utara yang melanggar hukum, dan menyerukannya untuk terlibat dalam diplomasi.
"Ini provokatif," kata duta besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, dalam sebuah wawancara dengan ABC. Washington telah berulang kali menawarkan untuk mengadakan diskusi dengan Korea Utara tanpa prasyarat, katanya.
Rudal lebih besar
Tidak jelas apakah IRBM termasuk dalam moratorium Kim, tetapi hal itu memang belum diuji sejak 2017.
JCS Korea Selatan dan Sekretaris Kabinet Jepang Hirokazu Matsuno secara terpisah mengatakan rudal tersebut diperkirakan bisa mencapai ketinggian 2.000 km (1.243 mil) dan terbang selama 30 menit hingga jarak 800 km. IRBM biasanya memiliki jangkauan 600 hingga 3.500 mil, sedangkan ICBM memiliki jangkauan melebihi 3.500 mil.
Baca Juga: Peluncuran Rudal Balistik oleh Pemerintah Korut Disesalkan Banyak Negara
Pakar rudal mengatakan data tersebut dapat mengindikasikan uji coba IRBM seperti Hwasong-12, yang terakhir diuji pada 2017, atau tipe baru.
“Terlepas dari apakah itu IRBM atau ICBM, ini adalah semacam rudal strategis dan jelas tidak sama dengan tes sebelumnya dalam seri uji Januari 2022 hingga saat ini,” papar George William Herbert, profesor di Pusat Studi Nonproliferasi dan seorang konsultan rudal, kata di Twitter.