Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Antara persepsi dan kurangnya promosi
Pengalaman langsung berada di Moskow memberi konteks yang utuh terhadap ambisi kota ini di industri MICE global. Infrastruktur kota yang modern, sistem transportasi publik yang efisien, serta penataan ruang kota yang rapi menjadi bukti nyata kesiapan Moskow sebagai tuan rumah ajang bisnis berskala besar.
Pengamatan di lapangan tersebut sejalan dengan pandangan para pelaku industri internasional yang hadir dalam Meet Global MICE Congress 2025.
Salah satunya datang dari Christopher Kannesan, Vice President Business Development Searix asal Singapura, yang untuk pertama kalinya mengunjungi Rusia. Menurut Kannesan, Moskow meninggalkan kesan yang sangat kuat sebagai destinasi MICE. Ia menilai kota ini memiliki infrastruktur yang lebih dari cukup untuk mengakomodasi acara berskala besar, mulai dari fasilitas venue hingga konektivitas.
“Saya benar-benar terkesan. Dari perspektif pertama kali datang, Moskow terlihat sangat siap sebagai destinasi MICE besar dan populer,” ujarnya kepada KONTAN.
Dari sudut pandang ASEAN, Kannesan menilai Moskow sebenarnya memiliki “resep lengkap” untuk bersaing dengan destinasi MICE mapan seperti Singapura atau Malaysia. Keunggulan tersebut antara lain didukung oleh keberadaan tiga bandara internasional, jaringan jalan yang baik, serta sistem transportasi kota yang terintegrasi. Ia juga melihat pemanfaatan teknologi dalam penyelenggaraan acara sudah cukup maju.
Baca Juga: Kebijakan Baru China: Lisensi Umum Percepat Pengiriman Rare Earth
Namun demikian, Kannesan menekankan bahwa tantangan utama Moskow bukan terletak pada kesiapan fisik, melainkan pada persepsi dan promosi internasional, khususnya di kawasan ASEAN. Sebelum datang langsung, ia mengakui memiliki pengetahuan yang sangat terbatas mengenai potensi Moskow sebagai destinasi MICE.
“Sekarang setelah berada di sini, saya bisa melihat langsung potensi pertumbuhannya. Tapi dunia luar perlu lebih banyak tahu apa yang sebenarnya ditawarkan Moskow,” katanya.
Ia juga menyoroti pengalaman koordinasi selama kongres berlangsung yang dinilainya sangat profesional. Dibandingkan dengan sejumlah acara besar di kawasan lain, Kannesan melihat struktur kerja tim MGMC sangat terorganisir, dengan pembagian peran yang jelas dan spesifik.
“Koordinasinya sangat rapi. Ini menunjukkan keseriusan dan kesiapan Moskow dalam menangani event berskala internasional,” ujarnya.
Terkait hambatan kerja sama MICE antara Rusia dan ASEAN, Kannesan menilai isu visa tidak lagi menjadi kendala utama. Proses pengajuan e-visa Rusia yang ia jalani hanya memakan waktu sekitar empat hari kerja dan sepenuhnya dilakukan secara daring. Menurutnya, faktor jarak dan waktu tempuh masih menjadi pertimbangan, namun dapat terkompensasi apabila penyelenggara mencari pengalaman destinasi yang berbeda dari biasanya.
Ke depan, Kannesan melihat peluang besar bagi Moskow untuk menarik event incentive travel, pameran dagang, hingga konferensi asosiasi dari Asia Tenggara. Kuncinya, menurut dia, terletak pada konsistensi promosi global.
“Ini soal repetisi. Terus muncul, terus diperkenalkan. Lama-lama orang akan bertanya, kenapa tidak Moskow?” katanya, seraya membandingkan strategi Moskow dengan upaya Indonesia dalam memperluas destinasi MICE di luar Bali.













