Sumber: Al Jazeera | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - TEHERAN. Iran terus meningkatkan persediaan uranium dengan melanggar batasan yang ditetapkan dalam kesepakatan nuklirĀ tahun 2015 dengan sejumah negara maju. Namun Iran telah mulai menyediakan akses ke situs-situs di mana negara itu diduga telah menyimpan atau menggunakan bahan nuklir yang tidak diumumkan.
Seperti dikutip Al Jazeera, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) melaporkan dalam dokumen rahasia yang didistribusikan ke negara-negara anggotanya bahwa persediaan uranium yang diperkaya Iran sekarang berada di lebih dari 10 kali batas yang ditetapkan dalam kesepakatan nuklir 2015.
Pada 25 Agustus 2020, Iran telah menimbun 2.105,4 kg (4.641,6 pon) uranium, naik dari 1.571,6 kg (3.464,8 pon) yang dilaporkan pada 20 Mei 2020.
Iran menandatangani kesepakatan nuklir pada 2015 dengan Amerika Serikat, Jerman, Prancis, Inggris, China, dan Rusia.
Dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), kesepakatan nuklir itu memungkinkan Iran hanya bisa menyimpan persediaan 202,8 kg (447 pon).
Baca Juga: Sepakat dengan Israel, Iran: Pengkhianatan Uni Emirat Arab tak akan berlangsung lama
IAEA juga melaporkan bahwa Iran terus memperkaya uranium hingga kemurnian hingga 4,5%, lebih tinggi dari 3,67% yang diizinkan berdasarkan JCPOA.
Kesepakatan itu menjanjikan insentif ekonomi Iran sebagai imbalan atas pembatasan program nuklirnya.
Namun pada 2018, Presiden AS Donald Trump secara sepihak menarik AS keluar dari kesepakatan tersebut. Trump mengatakan kesepakatan itu perlu dinegosiasikan ulang.
Sejak itu, Iran perlahan-lahan mengurangi pembatasan dalam upaya untuk menekan negara-negara selain AS untuk meningkatkan insentif guna mengimbangi sanksi baru AS yang melumpuhkan ekonomi.
Negara-negara tersebut bersikukuh bahwa meskipun Iran telah melanggar banyak pembatasan pakta, penting untuk menjaga kesepakatan tetap berjalan karena negara tersebut terus memberikan IAEA akses kritis untuk memeriksa fasilitas nuklirnya.
Baca Juga: Iran akhirnya izinkan badan pengawas nuklir PBB mengakses situs rahasia nuklir Iran