Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden AS Donald Trump telah bertemu tiga kali sejak 2018, tetapi gagal untuk membuat kemajuan terkait imbauan AS agar Pyongyang menyerahkan senjata nuklirnya dan tuntutan Korea Utara untuk mengakhiri sanksi.
Pada Mei 2018, Korea Utara menindaklanjuti janji untuk meledakkan terowongan di lokasi uji coba nuklir utamanya, Punggye-ri, yang menurut Pyongyang adalah bukti komitmennya untuk mengakhiri pengujian nuklir. Tetapi mereka tidak mengizinkan para ahli untuk menyaksikan pembongkaran situs tersebut.
Baca Juga: Inilah bukti kekejaman dan kesadisan Korea Utara terhadap para warga yang membelot
Laporan PBB mengatakan, karena hanya pintu masuk terowongan yang diketahui telah dihancurkan dan tidak ada indikasi pembongkaran yang komprehensif, satu negara telah menilai bahwa Korea Utara dapat membangun kembali dan menginstal ulang dalam waktu tiga bulan infrastruktur yang diperlukan untuk mendukung uji coba nuklir.
Para pakar PBB mengatakan, Korea Utara melanggar sanksi, termasuk melakukan ekspor batubara maritim ilegal, meskipun Korea Utara menangguhkan ini untuk sementara waktu pada periode antara akhir Januari dan awal Maret 2020 karena pandemi virus corona.
Baca Juga: Kim Jong Un: Berkat senjata nuklir, tidak akan ada lagi perang
Tahun lalu, para pakar PBB mengatakan Korea Utara telah menghasilkan dana sekitar US$ 2 miliar lewat serangan cyber yang luas dan canggih untuk mencuri dari bank dan pertukaran mata uang kripto.
"Panel terus menilai bahwa penyedia layanan aset virtual dan aset virtual akan terus tetap menjadi target yang menguntungkan bagi Republik Rakyat Demokratik Korea untuk menghasilkan pendapatan, serta menambang cryptocurrency," kata laporan terbaru itu seperti yang dilansir Reuters.