Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - BEIRUT. Sebuah ledakan dahsyat di gudang-gudang pelabuhan dekat Beirut tengah menewaskan lebih dari 50 orang dan melukai 2.750 orang lainnya. Ledakan ini mengirimkan gelombang kejut yang menghancurkan jendela, menghancurkan batu dan mengguncang tanah di ibukota Lebanon.
Melansir Reuters, para pejabat mengatakan mereka memperkirakan jumlah korban tewas akan meningkat lebih lanjut setelah ledakan hari Selasa ketika para tim SARS menggali puing-puing untuk menyelamatkan korban luka dan mengevakuasi korban tewas. Ini adalah ledakan paling dahsyat dalam beberapa tahun yang melanda Beirut, yang baru saja pulih dari krisis ekonomi dan lonjakan infeksi virus corona.
Baca Juga: Krisis mata uang meluluh lantakkan ekonomi Lebanon!
Menteri Dalam Negeri Lebanon mengatakan informasi awal mengindikasikan, bahan yang sangat eksplosif, yang disita bertahun-tahun lalu, yang telah disimpan di pelabuhan telah meledak. Israel, yang telah berperang beberapa kali dengan Lebanon, membantah peran apa pun dalam kejadian ini dan menawarkan bantuan.
"Apa yang kami saksikan adalah bencana besar," kata kepala Palang Merah Lebanon George Kettani kepada penyiar Mayadeen. "Ada korban di mana-mana."
Beberapa jam setelah ledakan, yang melanda tak lama setelah pukul 6 sore waktu setempat (1500 GMT), api masih berkobar di distrik pelabuhan, memancarkan cahaya oranye di langit malam saat helikopter melayang dan sirene ambulan terdengar di seluruh ibukota.
Baca Juga: Situasi memanas, Lebanon di ambang kekacauan
Satu sumber keamanan mengatakan para korban dibawa untuk dirawat di luar kota karena rumah sakit-rumah sakit di Beirut penuh dengan korban luka. Ambulans dari utara dan selatan negara itu dan lembah Bekaa di timur dikerahkan untuk membantu.
Ledakan itu begitu besar sehingga beberapa warga di kota itu mengira gempa telah melanda. Warga yang bingung, menangis, dan terluka berjalan di jalan mencari kerabat.
"Saya berjanji kepada Anda bahwa bencana ini tidak akan berlalu tanpa pertanggungjawaban," jelas Perdana Menteri Hassan Diab.
Baca Juga: Mata uang kolaps, Lebanon keos!
"Mereka yang bertanggung jawab akan membayar harganya," katanya dalam pidatonya di televisi, seraya menambahkan bahwa perincian tentang "gudang berbahaya" akan dipublikasikan.
Menteri dalam negeri mengatakan kepada Al Jadeed TV bahwa amonium nitrat telah disimpan di pelabuhan sejak 2014.
Kedutaan AS di Beirut memperingatkan warga di kota itu tentang laporan gas beracun yang dikeluarkan oleh ledakan itu, mendesak orang untuk tetap tinggal di dalam rumah dan mengenakan masker jika ada.
Baca Juga: Gempa bumi dasyat di Turki menewaskan 20 orang
Asap dan bola api
Rekaman ledakan yang diunggah di media sosial menunjukkan asap tebal dan tinggi nampak dari pelabuhan diikuti oleh ledakan besar, mengirimkan awan putih dan bola api ke langit. Mereka yang merekam kejadian dari bangunan tinggi 2 km (satu mil) dari pelabuhan terlempar ke belakang oleh goncangan.
Belum jelas apa yang menyebabkan kebakaran pada hari Selasa yang memicu ledakan itu.
Menteri Kesehatan Libanon mengatakan lebih dari 50 orang dilaporkan tewas dan lebih dari 2.750 orang terluka. Palang Merah Libanon mengatakan ratusan orang telah dibawa ke rumah sakit.
Gubernur pelabuhan Beirut mengatakan kepada Sky News bahwa satu tim pemadam kebakaran, yang berjuang melawan kobaran api di awal terjadinya ledakan, telah "menghilang" setelah ledakan.
Baca Juga: Krisis ekonomi akut menghadang pemerintah Lebanon
Presiden Michel Aoun menyerukan pertemuan kabinet darurat pada hari Rabu dan mengatakan keadaan darurat dua minggu harus diumumkan. Dia mengatakan "tidak dapat diterima" bahwa 2.750 ton amonium nitrat disimpan selama enam tahun tanpa langkah-langkah keamanan.
Perdana menteri meminta hari berkabung.