Reporter: Fahriyadi | Editor: Test Test
Nama Lorenzo Mendoza begitu populer di Venezuela. Bagaimana tidak? Saat usianya menginjak 21 tahun, ia telah menjadi orang nomor satu di Empresas Polar Group, perusahaan swasta terbesar di Venezuela yang membawahi sekitar 40 anak usaha. Sempat ingin menjadi olahragawan, ia akhirnya menjadi penerus dari generasi ketiga di perusahaan yang didirikan sang kakek, Mendoza Fleury pada 1941. Saat ini, kekayaan Mendoza mencapai US$ 3,5 miliar lebih.
Dengan harta yang menumpuk senilai US$ 3,5 miliar, tahun ini, Lorenzo Mendoza berada di urutan ke-258 orang terkaya sejagad versi Majalah Forbes. Pundi-pundi kekayaan pria kelahiran Caracas, 5 Oktober 1965 ini berasal dari Empresas Polar Group, induk perusahaan produsen bir paling besar ke-14 di dunia.
Selain Polar Beer, Empresas Polar juga memproduksi beraneka produk makanan dan minuman, seperti es krim, soda, dan permen, termasuk tepung terigu dan minyak jagung. Kelompok usaha tersebut membawahi sekitar 40 perusahaan yang mempekerjakan tak kurang dari 17.000 karyawan.
Saban tahun, kerajaan bisnis Empresas Polar menyumbang sedikitnya 4% dari total produk domestik bruto (PDB) Venezuela. Pada 2006, ketika usia Mendoza baru menapak 40 tahun, kekayaannya mencapai US$ 4,9 miliar yang sekaligus menempatkan dia bercokol di posisi 125 orang terkaya di dunia.
Awalnya, keluarganya meragukan darah bisnis Mendoza. Maklum, sewaktu remaja, putra pasangan Lorenzo Alejandro Mendoza Quintero dan Leonor Gimenez Pocaterra ini lebih tertarik menjadi olahragawan. Pelbagai jenis olahraga ia geluti, mulai dari ski es dan air, lari, baseball hingga tenis.
Selain itu, meskipun merupakan penerus tongkat estefat Empresas Polar, Mendoza lebih doyan membaca buku-buku sejarah Amerika Latin kontemporer, bukan malah melahap buku-buku yang berbau bisnis.
Tapi, didikan sang ayah melahirkan jiwa bisnis Mendoza. Melalui ilmu psikiatri yang didalaminya saat duduk di bangku kuliah, University of Madrid, Quintero menumbuhkan jiwa bisnis Mondoza agar siap bertarung dalam kerasnya persaingan bisnis.
Didikan Quintero juga bertujuan membentuk Mendoza menjadi pribadi yang tidak hanya dapat berpose dalam balutan omong kosong dan tetap menginjak "bumi" tanpa terbuai dengan harta yang akan diwariskannya.
Perjuangan Quintero mendidik Mendoza tidak sia-sia. Meski memperoleh fasilitas untuk menjelma langsung menjadi konglomerat tanpa harus bekerja dengan susah payah, Mendoza tidak mau memanfaatkannya.
Lulusan Fordham University dan Massachusetts Institute of Technology ini betul-betul memulai karier dari bawah. Buktinya, Mendoza pernah mengelola bisnis truk yang mengangkut Polar Beer dan tepung terigu produksi Empresas Polar.
Pada 1986, sang ayah meninggal dunia di usia 55 tahun, tepatnya, ketika Mendoza sedang menimba ilmu di New York, Amerika Serikat. Sejak itu, Mendoza yang baru berumur 21 tahun resmi menjadi pemimpin tertinggi di Empresas Polar.
Di bawah kepemimpinannya, Empresas Polar telah mengambil beberapa langkah besar di luar cara-cara tradisional. Kelompok usaha ini melebarkan sayap bisnisnya ke sejumlah sektor, semisal perbankan, petrokimia supermarket, dan minyak. Menurut Mendoza, ide menginvestasikan kelebihan kas ke wilayah-wilayah strategis merupakan sebuah keunggulan.
Mendoza juga fokus memperbarui citra di semua anak usaha Empresas Polar. Dia juga mempertahankan pertumbuhan perusahaan sehingga pendapatan Empresas Polar tiap tahun mencapai US$ 2,4 miliar. Target ke depan, omzet perusahaan swasta terbesar di Venezuela ini bisa menyentuh angka US$ 5 miliar.
Semua keberhasilan ini tidak lepas dari kebijakan yang ditelurkan Mendoza, yang menjalin keakraban dan hubungan baik dengan seluruh karyawannya, demi terciptanya suasana kondusif yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja.
(Bersambung)