Reporter: Fahriyadi | Editor: Test Test
Di bawah kepemimpinan Lorenzo Mendoza, Empresas Polar Group melebarkan sayap bisnisnya ke sejumlah sektor, semisal perminyakan, petrokimia, ritel, dan keuangan. Ia kemudian memimpin sendiri upaya "penaklukan" pasar di luar Venezuela terutama di kawasan Amerika Latin. Ia juga membeli sebagian saham perusahaan di luar tanah kelahirannya. Ekspansinya itu mengantarkan Mendoza masuk dalam lima besar pengusaha terkaya di Amerika Latin.
Di tangan Lorenzo Mendoza, tentakel bisnis Empresas Polar Group merambah ke sektor perminyakan, petrokimia, ritel, dan keuangan. Bidang-bidang usaha ini menjadi semacam kendaraan bagi Mendoza membesarkan bisnis kelompok usahanya di luar Venezuela.
Pria kelahiran Caracas, 5 Oktober 1965 ini sendiri yang memimpin ekspansi bisnis ke sektor-sektor yang jelas-jelas masih asing bagi Empresas Polar. Maklum, perusahaan ini hanya bergelut di bidang usaha bir, makanan, dan minuman.
Mulai 1982, Empresas Polar mulai menancapkan kuku bisnisnya di sektor minyak yang merupakan komoditas terbesar di Venezuela. Kerajaan bisnis Mendoza tersebut menjadi pemegang saham minoritas di sejumlah proyek pengeboran minyak dan perusahaan patungan. Sebut saja, Group Zuliano CA, Metanolde Oriente, Metor SA, dan Propylene Falcon Profalca CA.
Ekspansi bisnis Mendoza berlanjut dengan mengakuisisi sebagian saham FertiNitro, perusahaan pupuk nitrogen terbesar di Venezuela. Kemudian, Empresas Polar juga membeli saham jaringan supermarket Cativen, dan menjalin kemitraan bisnis dengan Casino Guichard Perrachon Almacenes Exito.
Tahun 1996, Mendoza memulai upaya "penaklukan" pasar di luar Venezuela seperti Kolombia, dengan menjual tepung jagung produksi Empresas Polar. Target orang terkaya sejagad nomor 258 tahun 2010 versi Majalah Forbes itu adalah, Empresas Polar bisa menguasai 65% pasar tepung jagung di Amerika Latin.
Setelah itu, pria dengan kekayaan sebesar US$ 3,5 miliar ini berusaha merangsek ke pasar Peru. Mendoza juga membeli sebagian saham Backus and Johnston, produsen bir paling besar di negara tersebut. Tapi, masalah muncul setelah Bavaria dan Cisneros bergabung, dengan membeli mayoritas saham Backus and Johnston. Konflik pun pecah.
Untuk mengakhiri konflik yang panjang dan berliku, Empresas Polar akhirnya memutuskan cabut dari Backus and Johnston, dan melepas seluruh kepemilikannya kepada Bavaria, perusahaan bir terbesar asal Kolombia senilai US$ 567,8 juta. Meski harga tersebut di atas harga yang Mendoza beli sebelumnya, penjualan saham ini berdampak pada upaya "penaklukan" Empresas Polar ke luar Venezuela terutama Amerika Latin yang menjadi sedikit melambat.
Sekalipun gencar berekspansi ke luar Venezuela, bukan berarti Mendoza mengabaikan pasar lokal yang sudah membesarkan kerajaan bisnisnya. Contoh, pada April 2001, Empresas Polar membeli sebagian saham Mavesa, perusahaan makanan olahan, senilai US$ 500 juta. Setelah itu, lelaki lulusan Fordham University Institute of Technology tersebut mengambilalih penuh Mavesa.
Pria bernama lengkap Lorenzo Alejandro Mendoza Gimenez ini juga tetap fokus menggarap pasar bir yang menjadi bisnis utama Empresas Polar. Pada 2002, ia meluncurkan ulang Polar Beer. Dengan dana sebesar US$ 140 juta, Mendoza mengubah logo dan mengganti bentuk botol, mempersiapkan jalur produksi, dan membuat iklan baru. Produk bir buatan Empresas Polar, antara lain Solera, Solera Light, Polar Light, Polar Ice, dan Polar Zero.
Tapi, banyak pihak yang paham dan mengetahui persisi tentamg ceruk bisnis bir berpendapat, Empresas Polar yang sudah memproduksi minuman mengandung alkohol itu sejak 1941 silam tidak memiliki ruang yang lebih besar lagi untuk dapat tumbuh di kawasan Amerika Latin. Soalnya, produk mereka harus bersaing dengan raksasa bir lainnya di belahan benua Amerika bagian selatan tersebut, seperti Cisneros, Bavaria, dan AmBev Brasil.
(Bersambung)