Sumber: Reuters | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - WILMINGTON. Presiden Donald Trump memimpin atas pesaingnya dari Partai Demokrat Joe Biden di medan pertempuran penting Florida dan negara bagian AS lainnya pada Selasa (3/11). Tetapi Biden menyematkan harapan ke Gedung Putih pada negara bagian Arizona dan tiga negara bagian Rust Belt yang membutuhkan waktu berhari-hari untuk menghitung suara mereka.
Harapan Biden untuk mengalahkan Trump lebih awal memudar ketika Trump mengambil kepemimpinan yang solid di Florida, Georgia, Ohio, dan Texas.
Fox News yang dikutip Reuters memproyeksikan, Trump akan memenangkan pemilihan di Florida, negara bagian yang harus dimenangkan dalam upayanya untuk mendapatkan 270 suara electoral college.
Biden, 77 tahun, mengincar apa yang disebut sebagai negara bagian "tembok biru" yakni Michigan, Wisconsin dan Pennsylvania yang mengirim Trump, 74 tahun, ke Gedung Putih pada tahun 2016, meskipun penghitungan suara dapat berlangsung selama berjam-jam atau berhari-hari di sana.
Baca Juga: Hasil Pilpres AS sementara: Biden dulang 237 suara elektoral, Trump 213
Trump memegang kepemimpinan awal di tiga negara bagian itu, tetapi sebagian besar dibangun di atas pemungutan suara yang berat. Penghitungan surat suara dengan jumlah banyak dari Partai Demokrat di ketiga negara bagian itu diperkirakan memakan waktu berjam-jam atau berhari-hari.
Di Wisconsin dan Pennsylvania dan sebagian besar Michigan, surat suara masuk tidak diproses sampai hari pemilihan.
Memenangkan tiga negara bagian itu akan cukup untuk memberi Biden kemenangan electoral college. Fox News memproyeksikan Biden akan memenangkan Arizona, negara bagian lain yang memilih Trump pada tahun 2016, memberinya lebih banyak pilihan untuk mendapatkan 270 suara electoral college.
Bahkan tanpa Pennsylvania, Biden menang di Arizona, Michigan, dan Wisconsin, serta distrik kongres di Maine atau Nebraska, yang membagi suara elektoral mereka berdasarkan distrik, akan menempatkannya ke Gedung Putih, selama dia juga memegang kendali di negara bagian yang Trump kalah pada tahun 2016.
Pendukung kedua kandidat menyebut, pemilu ini ibarat referendum tentang Trump dan masa jabatan pertamanya yang penuh gejolak. Pemenangnya akan memimpin negara yang dilanda pandemi yang telah menewaskan lebih dari 231.000 orang dan membuat jutaan lebih pengangguran, ketegangan rasial dan polarisasi politik yang hanya memburuk selama kampanye sengit.
Baca Juga: Bursa taruhan kini menjagokan Trump untuk kalahkan Biden di pilpres AS