Sumber: NBC News | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Perselisihan diplomatik yang berkembang atas misi pencarian fakta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang asal-usul Covid-19 semakin meningkat. China mengatakan, AS telah "sangat merusak" kerja sama internasional dalam pandemi virus corona.
Melansir NBC News, Kedutaan Besar China di Washington dalam sebuah pernyataan mengatakan, AS telah sangat merusak lembaga multilateral, termasuk WHO. Pernyataan itu tampaknya merujuk pada pemberitahuan bahwa AS akan menarik diri dari organisasi Juli lalu - keputusan yang dibatalkan oleh pemerintahan Biden.
"Mereka (AS) telah sangat merusak kerja sama internasional terkait Covid-19," kata pernyataan itu.
Kedubes China juga menambahkan, AS bertindak seolah-olah tidak ada dari semua ini yang pernah terjadi, sambil menuduh negara lain tanpa alasan yang telah setia mendukung WHO.
Baca Juga: Penyidik WHO ungkap China tak mau membagikan data Covid-19
"Dengan rekam jejak seperti itu, bagaimana bisa merebut kepercayaan seluruh dunia," tambahnya seperti yang dikutip NBC News.
Pernyataan itu dirilis kurang dari 24 jam setelah Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan AS memiliki keprihatinan yang mendalam tentang cara komunikasi temuan penyelidikan WHO.
"Laporan ini harus independen, dengan temuan ahli yang bebas dari intervensi atau perubahan oleh pemerintah China," katanya dalam sebuah pernyataan. "Untuk lebih memahami pandemi ini dan mempersiapkan diri untuk yang berikutnya, China harus menyediakan datanya sejak awal wabah."
Baca Juga: Penelitian China, Inilah hewan pembawa virus corona yang mewabah di Wuhan
Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab juga mengatakan bahwa Inggris mendukung para penyelidik mendapatkan kerja sama penuh dan mereka mendapatkan jawaban yang mereka butuhkan.
"Kami akan mendorong [misi WHO] untuk memiliki akses penuh, mendapatkan semua data yang dibutuhkan untuk dapat menjawab pertanyaan yang menurut saya kebanyakan orang ingin mendengar jawaban seputar wabah, penyebabnya," katanya kepada BBC.
"Dan itu penting, bukan untuk penilaian poin geopolitik atau semacamnya, tetapi agar kita dapat mempelajari pelajaran dan mencegah hal itu terjadi lagi," tambahnya.
NBC News memberitakan, penyelidikan selama empat minggu di China awal tahun ini, terhambat oleh penundaan, kekhawatiran atas akses dan perselisihan antara Beijing dan Washington.
Baca Juga: China sebut asal usul corona di Wuhan berasal dari kepala babi yang dibekukan
Setelah mereka merilis temuan awal minggu lalu, Dominic Dwyer, seorang ahli penyakit menular Australia di tim WHO, mengatakan kepada Reuters pada hari Sabtu bahwa mereka telah meminta data pasien mentah pada 174 kasus yang telah diidentifikasi oleh China dari fase awal wabah di Wuhan, serta kasus lainnya, tetapi hanya diberikan ringkasan.
Berdasarkan pernyataan Dwyer, dapat diketahui bahwa permintaan penyidik tentang data yang mereka minta selama perjalanan ke China telah ditolak.
Peter Daszak, seorang ahli zoologi Inggris juga menuliskan tweet: "Sebagai pemimpin kelompok kerja hewan / lingkungan, saya menemukan kepercayaan & keterbukaan dengan rekan saya di China," katanya seraya menambahkan bahwa tim mendapat akses ke data baru yang penting.
Thea Kølsen Fischer, seorang anggota tim Denmark, juga men-tweet bahwa dia dan rekan-rekannya membangun "hubungan yang baik" dengan rekan-rekan China mereka.
WHO mengatakan pada hari Jumat akan mempublikasikan laporan akhir lengkap dari temuan tim dalam beberapa minggu mendatang.