kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.914.000   24.000   1,27%
  • USD/IDR 16.326   31,00   0,19%
  • IDX 7.891   -53,11   -0,67%
  • KOMPAS100 1.111   -9,64   -0,86%
  • LQ45 829   2,03   0,24%
  • ISSI 266   -2,45   -0,91%
  • IDX30 429   0,72   0,17%
  • IDXHIDIV20 496   2,85   0,58%
  • IDX80 125   0,16   0,13%
  • IDXV30 131   0,34   0,26%
  • IDXQ30 139   0,61   0,44%

Mampukan China Merukunkan Kembali Pakistan dan Taliban?


Kamis, 21 Agustus 2025 / 18:17 WIB
Mampukan China Merukunkan Kembali Pakistan dan Taliban?
ILUSTRASI. China berusaha tampil sebagai mediator di tengah hubungan Pakistan-Afghanistan yang memburuk, Islamabad dulunya adalah pendukung utama Taliban.. MANDEL NGAN/Pool via REUTERS


Sumber: Al Jazeera | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dengan tangan terkatup dan senyum tipis, para menteri luar negeri Pakistan, China, dan Taliban Afghanistan berpose saat bertemu di Kabul pada Rabu (20/8). Pertemuan ini menjadi trilateral kedua dalam 12 minggu terakhir, setelah sebelumnya digelar di Beijing pada Mei lalu.

Pertemuan Mei tersebut menandai pemulihan hubungan diplomatik Pakistan-Afghanistan yang sempat memburuk, sekaligus membuka pembicaraan mengenai perluasan China-Pakistan Economic Corridor (CPEC) ke Afghanistan.

CPEC sendiri merupakan bagian dari Belt and Road Initiative (BRI), proyek ambisius China untuk membangun jaringan infrastruktur lintas benua.

Baca Juga: India - China Sepakat Cairkan Ketegangan, Wang Yi: Harus Jadi Mitra, Bukan Lawan

Namun, di balik ambisi itu, para analis menilai Beijing tetap dibayangi kekhawatiran terkait keamanan, baik di Pakistan maupun Afghanistan, yang berpotensi mengancam proyek strategis tersebut.

Dinamika Regional yang Bergeser

China berusaha tampil sebagai mediator di tengah hubungan Pakistan-Afghanistan yang memburuk. Padahal, Islamabad dulunya adalah pendukung utama Taliban.

Kini, Pakistan menuduh Taliban memberi perlindungan bagi kelompok yang melancarkan kekerasan lintas batas, sementara Kabul menuding Pakistan melakukan pelanggaran HAM melalui deportasi pengungsi Afghanistan.

Sementara itu, peta geopolitik kawasan ikut berubah.

  • Pakistan mempererat hubungan dengan Amerika Serikat, rival utama China.

  • China kembali menjalin komunikasi dengan India, musuh bebuyutan Pakistan, yang kini juga aktif berhubungan dengan Taliban.

  • Afghanistan di bawah Taliban semakin mencari legitimasi internasional.

Di tengah ketegangan tersebut, China melihat stabilitas kawasan sebagai kunci keberhasilan BRI, khususnya proyek CPEC senilai $62 miliar yang membentang dari perbatasan China hingga pelabuhan Gwadar di Balochistan.

Baca Juga: Prajurit Angkatan Laut AS Divonis Bersalah Jadi Mata-Mata untuk China

CPEC di Bawah Tekanan

Diluncurkan pada 2015, CPEC kerap dipuji sebagai “game-changer” bagi ekonomi Pakistan. Namun, proyek ini melambat dalam beberapa tahun terakhir akibat instabilitas politik, isu keamanan, dan serangan terhadap warga serta infrastruktur China di Pakistan.

  • 20.000 warga China tinggal di Pakistan saat ini.

  • Sejak 2021, sedikitnya 20 orang warga China tewas dalam serangan bersenjata.

  • Kelompok separatis di Balochistan dan militan di utara Pakistan secara rutin menargetkan pekerja dan fasilitas CPEC.

Meski PM Shehbaz Sharif dijadwalkan ke Beijing untuk meresmikan fase kedua CPEC bulan ini, para pengamat meragukan apakah perusahaan milik negara China bersedia mengucurkan investasi baru, mengingat rekam jejak CPEC yang mengecewakan dan tingginya risiko keamanan.

Faktor Keamanan: TTP dan ETIM Jadi Sorotan

Kekerasan di Pakistan meningkat tajam sejak Taliban berkuasa di Kabul pada 2021. Menurut Pakistan Institute for Conflict and Security Studies (PICSS), dalam enam bulan pertama 2025:

  • Terjadi 502 serangan bersenjata,

  • Menewaskan 737 orang, termasuk 284 aparat keamanan dan 267 warga sipil.

  • Angka kematian melonjak 121% dibanding periode sama 2024.

Pakistan menuduh kelompok Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP) beroperasi dari wilayah Afghanistan. Di sisi lain, China khawatir kelompok Eastern Turkistan Islamic Movement (ETIM) menggunakan Afghanistan sebagai basis serangan terhadap wilayah Xinjiang.

Taliban berulang kali membantah tuduhan tersebut, menegaskan bahwa mereka tidak memberi tempat bagi kelompok bersenjata yang menyerang negara lain.

Baca Juga: Microsoft Batasi Akses Perusahaan China ke Sistem Peringatan Dini Siber

Peran China: Mediator, Bukan Penjamin?

Bagi Beijing, keamanan Pakistan dan Afghanistan adalah prasyarat keberhasilan BRI. Karena itu, melalui pertemuan trilateral tingkat tinggi, China berupaya mempersempit jurang perbedaan Pakistan-Afghanistan, sekaligus mendorong kedua pihak menanggapi kekhawatiran keamanan masing-masing.

Namun, sejauh ini hasil upaya tersebut masih terbatas. Para pengamat menilai:

  • China memiliki pengaruh diplomatik dan ekonomi yang signifikan,

  • Tapi masih ragu menjadi penjamin keamanan dalam hubungan Pakistan-Afghanistan.

  • Faktor risiko dan kecemasan internal Beijing sendiri kerap membatasi langkahnya.

Seorang diplomat senior Pakistan bahkan menyebut, meski China dipercaya kedua belah pihak, belum tentu Beijing bersedia mengambil peran sebagai penjamin perdamaian penuh.

Selanjutnya: BI Rate Kembali Dipangkas, Perbankan Bersiap Menurunkan Suku Bunga Kreditnya

Menarik Dibaca: Peringatan Dini BMKG Cuaca Besok (22/8), Provinsi Ini Siaga Waspada Hujan Lebat




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×