kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Mantan Penasihat Keamanan AS: Trump Tidak Layak Jadi Presiden


Rabu, 31 Januari 2024 / 06:42 WIB
Mantan Penasihat Keamanan AS: Trump Tidak Layak Jadi Presiden
ILUSTRASI. Mantan Penasihat Keamanan AS John Bolton mengecam mantan Presiden Donald Trump sebagai orang yang mementingkan diri sendiri. REUTERS/Joshua Roberts


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Mantan Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton mengecam mantan Presiden Donald Trump sebagai orang yang sangat mementingkan diri sendiri.

Bolton menilai, Trump akan menghukum musuh pribadi dan menenangkan musuh Rusia dan China.  

Hal tersebut ia tuangkan dalam edisi baru memoarnya yang dirilis pada Selasa (30/1/2024).

Melansir Reuters, Bolton, yang menjabat di Gedung Putih pada masa pemerintahan Trump pada tahun 2018 dan 2019, menuduh calon presiden dari Partai Republik itu tidak memiliki filosofi politik atau pandangan kebijakan yang koheren. 

Bolton memperingatkan, jika terpilih kembali, Trump dapat meninggalkan aliansi keamanan NATO, membatasi dukungan kepada Ukraina meskipun ada invasi Rusia pada tahun 2022, mendorong China untuk memblokade Taiwan dan secara umum melakukan isolasionisme.

“Trump tidak layak menjadi presiden,” tulis Bolton dalam kata pengantar baru untuk “The Room Where it Happened”, yang menceritakan pengalamannya selama 17 bulan sebagai penasihat keamanan nasional Trump. 

"Jika empat tahun pertamanya buruk, empat tahun berikutnya akan lebih buruk," jelasnya.

Meskipun Trump menyebut dirinya sebagai pihak yang tidak diunggulkan, dan pernah berkata, “Bagi mereka yang telah dirugikan dan dikhianati, saya adalah pembalasan Anda,” namun Bolton berargumentasi bahwa ia pada dasarnya mementingkan diri sendiri.

Baca Juga: Joe Biden Dalam Tekanan, Apakah AS Siap Berperang dengan Iran?

“Trump benar-benar hanya peduli pada hukuman bagi dirinya sendiri, dan hal ini akan menghabiskan sebagian besar masa jabatannya yang kedua,” tulisnya di bagian awal memoarnya. 

Bagian awal memoar itu juga memuat gambaran suram tentang Amerika pada masa jabatan Trump yang kedua.

Bolton mengatakan, sebelum menjabat, Trump secara keliru percaya bahwa beban jabatan akan mendisiplinkan presiden. Dalam peristiwa tersebut, ia mendapati mantan presiden itu termakan oleh kepentingan pribadi.

"Dia hampir hanya peduli pada kepentingannya sendiri," tulis Bolton, yang menyiratkan bahwa Trump ingin dikelilingi oleh sekelompok budak di Gedung Putih untuk melaksanakan perintahnya tanpa ragu.

Dia juga menyatakan bahwa Trump, tidak boleh menerapkan kebijakan konservatif jika terpilih kembali.

Bolton menyimpan beberapa kata-kata paling kerasnya dalam kebijakan luar negerinya, dengan menulis bahwa Trump mengirim sebuah "virus isolasionis" yang menyebar melalui partai Republik dan bahwa "tidak ada satu arena pun ... penyimpangan Trump lebih merusak daripada keamanan nasional."

Ia juga berargumentasi bahwa Trump dapat menarik diri dari Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), sebuah prospek yang mungkin akan menyenangkan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Baca Juga: Popularitas Trump Ungguli Biden Jelang Pemilu Presiden AS

Dia menambahkan bahwa hampir tidak dapat dihindari bahwa kebijakan Trump pada periode kedua mengenai Ukraina akan menguntungkan Moskow.

"Taiwan dan negara-negara lain di sepanjang pinggiran China menghadapi bahaya nyata pada masa jabatan Trump yang kedua,” tambah Bolton.

“Ini adalah persaingan ketat antara Putin dan Xi Jinping, siapa yang paling senang melihat Trump kembali menjabat,” tulisnya.



TERBARU

[X]
×