Reporter: Gloria Natalia | Editor: Test Test
Prahara datang di tengah puncak kejayaan Zynga. Raja game di jejaring sosial ini terancam akan ditendang dari Facebook lantaran keduanya tak menemui titik temu soal Facebook Credits, platform alat pembayaran ala Facebook. Padahal, sebenarnya, hubungan keduanya saling menguntungkan. Namun, Mark Pincus tak gentar menghadapi ancaman itu. Ia balik mengancam dengan menyatakan akan hengkang dari situs jejaring sosial yang paling populer itu.
Saat tengah berada di puncak kejayaannya sebagai raja game jejaring sosial, prahara pun datang. Medio 2009, Facebook akan menendang Zynga lantaran tak ada titik temu dalam negosiasi soal Facebook Credit.
Kabar ini tentu mengejutkan. Sebab, Zynga merupakan pemain ternama di jejaring sosial tersebut. Dari sepuluh game yang ada di Facebook, empat di antaranya merupakan buatan Zynga, mulai dari Farmville, Mafia Wars, Café World dan Petville.
Hubungan tak harmonis itu bermula ketika Facebook meminta Zynga dan pengembang aplikasi lainnya menggunakan Facebook Credits sebagai satu-satunya platform pembayaran. Facebook akan menarik fee 30% untuk penggunaan Facebook Credits.
Nah, pada poin itulah Pincus keberatan. Kebijakan ini tentu saja akan mempengaruhi keuntungan Zynga. Keuntungan Zynga banyak bergantung pada transaksi kecil-kecilan yang dilakukan para penggunanya ketika bermain FarmVille dan membeli berbagai benda virtual untuk menunjang permainan mereka.
Facebook dan Zynga disebutkan telah bernegosiasi soal Facebook Credits, tapi pembicaraan tak mencapai titik temu. Facebook mengancam akan menutup game Zynga di Facebook.
Zynga pun tak gentar. Malah, Pincus cs mengancam balik, mereka akan benar-benar cabut dari Facebook. Bahkan, Pincus mempersiapkan pembuatan Zynga Live, sebuah jaringan game sosial, untuk menghilangkan ketergantungan orang-orang pada Facebook.
Padahal, selama ini Zynga dan Facebook memiliki hubungan yang saling menguntungkan. Zynga sangat membutuhkan akses dari jutaan pengguna Facebook aktif yang mengakses permainannya yang populer. Sedangkan Facebook memerlukan Zynga untuk memberi alasan bagi jutaan penggunanya memeriksa situs itu secara rutin.
Menyadari hubungan timbal balik ini, Facebook merayu Zynga agar tetap bertahan di situs jejaring sosial yang popularitasnya kini mulai tergeser Twitter itu. Agar kedua pihak sama-sama untung, dibuatlah kesepakatan baru, yakni Zynga boleh memperluas penggunaan mata uang virtual Facebook dalam permainannya.
Usai kisruh dengan Facebook, game populer Zynga, Farmville, merambah platform iPhone. Zynga menyediakan game pertanian virtual itu di App Store. Zynga melihat kehadiran game tersebut di App Store sebagai poin penting, karena lebih dari 5 miliar kali aplikasi yang ada di iPhone diunduh pengguna. Zynga pun mengembangkan teknologi khusus game untuk Apple.
Farmville kini dimainkan lebih dari 80 juta pengguna. Kehadiran Farmville di App Store diharapkan dapat mendongkrak jumlah pengguna. Selain Farmville, game lain yang mendarat di App Store salah satunya Guitar Hero.
Zynga juga getol ekspansi ke sejumlah negara Asia. Selain mengembangkan perusahaan di Bangalore, India, Zynga juga membidik Indonesia sebagai pasar potensial game. Terbukti, mereka membuat CityVille, game pertama dari perusahaan ini yang menyajikan Bahasa Indonesia.
Zynga rupanya serius merambah pasar Indonesia dengan meluncurkan Zynga Game Cards. Di Tanah Air, Zynga menggandeng Indomog.
Dengan Zynga Game Cards, pengguna diberi kemudahan untuk membeli barang virtual dalam permainan favorit Zynga mereka seperti CityVille, Farmville, Mafia Wars, dan Poker. Tersedia dalam nilai sebesar Rp 20.000, Rp 50.000 dan Rp 100.000. Kartu untuk mengakses game online dari Zynga ini akan tersedia di lebih dari 1.500 kafe, warnet, dan outlet ritel, seperti Seven Eleven, Erafone Outlets, Bengawan Solo Cafe dan lainnya.
(Bersambung)