Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Masalah lain yang relevan terkait Zuckerberg dan Facebook, kata Galloway, adalah raksasa jejaring sosial tersebut telah menghadapi kritik profil tinggi tentang "aktor jahat" (seperti propaganda Rusia) menggunakan platform untuk menyebarkan informasi yang salah dan menabur perselisihan melalui Facebook dan Instagram.
"[Zuckerberg] belum menunjukkan kemampuan, atau kemauan, untuk memastikan mesin kiamat ini tidak akan dipersenjatai (berulang kali) oleh aktor jahat," kata Galloway.
"Sementara itu, langkah Facebook untuk mengintegrasikan infrastruktur sebenarnya bisa menjadi upaya untuk membangun pertahanan terhadap kemungkinan kasus antimonopoli yang tertunda," kata Galloway.
Pada akhir Juli, Departemen Kehakiman AS mengatakan bahwa pihaknya membuka tinjauan antimonopoli beberapa perusahaan teknologi terbesar di negara itu. Namun, tidak disebutkan nama perusahaan secara spesifik. Mengutip laporan Wall Street Journal, Departemen Kehakiman meluncurkan ulasan tersebut berdasarkan "ancaman baru bagi Washington" dari Facebook, Google, Amazon dan Apple.
Munculnya wacana memecah Facebook karena sudah terlalu besar dan berpengaruh besar beberapa waktu belakangan memang sudah mulai mengemuka. Salah satu tokoh yang menyuarakan agar Facebook dipecah adalah Chris Hughes, yang merupakan pendiri Facebook.
Namun, wacana ini ditolak oleh eksekutif Facebook, termasuk Zuckerberg yang mengembangkan Facebook di kampus Harvard bersama Hughes. Galloway juga bilang, apabila nanti Facebook sudah menyatu dengan Instagram dan WhatsApp, upaya pemecahan akan semakin sulit.
Facebook dapat berdalih bahwa pemecahan dapat menumbangkan bisnis jejaring sosialnya, sekaligus segala manfaat positif yang dimiliki. Selain itu, Facebook dinilai juga bakal mengatakan pihaknya tidak dapat bersaing melawan raksasa-raksasa media sosial China, seperti WeChat hingga Tik Tok.