kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45918,35   -1,15   -0.13%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melalui referendum, wilayah New Caledonia tolak merdeka dari Prancis


Senin, 05 Oktober 2020 / 13:23 WIB
Melalui referendum, wilayah New Caledonia tolak merdeka dari Prancis
ILUSTRASI. Hasil referendum kedua menyatakan, New Caledonia akan tetap berada di bawah bendera Prancis.


Sumber: BBC | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - NOUMEA. Kepulauan New Caledonia atau Kaledonia Baru memutuskan untuk tetap menjadi bagian dari Prancis dalam referendum yang berlangsung Minggu (4/10) waktu setempat.

BBC malaporkan, sebanayak 53,26% suara memilih New Caledonia untuk tetap ada di bawah Prancis. Referendum diikuti oleh 85,6% masyarakat wilayah tersebut.

Dalam pemungutan suara serupa dua tahun lalu, margin sedikit lebih lebar, dengan 56,7% memilih tetap Prancis. Hasil ini membuat New Caledonia tetap ada di bawah pengawasan Prancis sejak 170 tahun lalu.

Melihat hasil referendum tersebut, Presiden Prancis Emmanuel Macron langsung memberikan respons melalui akun Twitter resminya.

Baca Juga: Jika syarat ini dipenuhi, Azerbaijan bersedia lakukan gencatan senjata

Macron menyebut hasil tersebut sebagai sebuah "tanda kepercayaan pada republik (Prancis) dan dengan segala kerendahan hati menerima hasil dari referendum kedua tersebut.

Referendum di New Caledonia merupakan bagian dari kesepakatan yang diraih sekitar dua dekade lalu, menyusul aksi kekerasan pada tahun 1980-an.

Selama berpuluh-puluh tahun, telah terjadi konflik kepentingan antara masyarakat adat Kanak di pulau itu dan keturunan pemukim asal Eropa. Suku Kanak menyumbang sekitar 40% populasi di New Caledonia.

Sementara orang-orang keturunan Eropa, yang sebagian besar lahir di New Caledonia, berjumlah sekitar sepertiga dari total populasi. Sisanya berasal dari wilayah Pasifik lain ataupun keturunan campuran.

Baca Juga: Suara 'ledakan' dahsyat menggetarkan seantero kota Paris, ini pemicunya

Pada 1998, Noumea Accord disahkan untuk mengatur otonomi yang lebih luas dari New Caledonia. Di dalamnya juga mengatur bahwa New Caledonia diizinkan untuk melakukan referendum sebanyak tiga kali jika ingin memerdekakan diri.

Saat ini, kesempatan referendum sudah dilakukan sebanyak dua kali dan berakhir tanpa kemerdekaan. Referendum terakhir baru bisa dilakukan kembali pada 2022 mendatang. Itu pun jika diminta oleh sepertiga dari majelis lokal.

Bagi Prancis, wilayah New Caledonia adalah wilayah yang strategis dan menguntungkan. BBC mencatat, wilayah ini memiliki simpanan nikel yang besar, komponen penting dalam manufaktur elektronik.

Bukan cuma itu, letaknya yang ada di Pasifik juga dipandang oleh Prancis sebagai aset politik dan ekonomi strategis di wilayah tersebut.

Berkat Noumea Accord, New Caledonia memiliki kekuasaan otonomi yang cukup bebas. Meskipun begitu, mereka sangat bergantung pada Prancis untuk hal-hal seperti pertahanan dan pendidikan karena masih menerima subsidi besar dari Prancis.

Selanjutnya: Bashar al Assad memuji kehadiran militer Rusia di Suriah: Mereka sangat membantu




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×