Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Perang Robot
Seiring bertambahnya korban dan faktor kelelahan, kedua belah pihak dalam perang tersebut mencoba mengganti peran manusia dengan mesin.
Ukraina telah berjuang untuk mengisi kembali unit yang terkuras dari waktu ke waktu karena pertempuran; Rusia dilaporkan telah beralih ke Korea Utara.
Tujuh pejabat dan tokoh industri mengatakan kepada Reuters bahwa otomatisasi akan menjadi fokus utama inovasi medan perang pada tahun mendatang.
"Jumlah prajurit infanteri yang ditempatkan di parit telah menurun secara signifikan, dan komando tempur dapat dilakukan secara daring dari titik jarak jauh, yang mengurangi risiko personel terbunuh," kata Ostap Flyunt, seorang perwira di brigade mekanis ke-67.
Menurut akselerator pertahanan yang didukung negara Brave1, Ukraina kini memiliki lebih dari 160 perusahaan yang membangun kendaraan darat nirawak.
Kendaraan ini dapat digunakan untuk mengirim perbekalan, mengevakuasi yang terluka, atau membawa senapan mesin yang dioperasikan dari jarak jauh.
Seorang kolonel angkatan darat, dengan kode panggilan Hephaestus, baru-baru ini meninggalkan militer untuk mulai membangun sistem senapan mesin otomatis.
Baca Juga: Presiden Rusia Vladimir Putin Perintahkan Stop Sementara Ekspor Uranium ke AS
Ia mengatakan enam produknya telah menggantikan penembak manusia di garis depan, yang memungkinkan mereka mengoperasikan senjata di layar yang jauh dari bahaya.
Flyunt mengatakan hal ini semakin umum terjadi.
"Perang modern adalah konfrontasi teknologi untuk pendeteksian, pengacauan, dan penghancuran dari jarak jauh, yang hanya memberikan operator kemampuan untuk membuat keputusan tentang serangan," katanya.
Menteri persenjataan Herman Smetanin juga mengatakan peperangan jarak jauh, termasuk menggunakan kecerdasan buatan, sedang meningkat.
"Dalam waktu dekat, ini akan menjadi arah utama pengembangan, perang robot," katanya kepada Reuters. "Ini tentang kehidupan manusia, kita perlu melindungi mereka."
Ukraina berharap sektor pertahanan yang inovatif akan memberikan fondasi baru bagi ekonomi yang hancur akibat invasi.
Negara tersebut telah menggelontorkan US$ 1,5 miliar untuk meningkatkan manufaktur pertahanan yang telah mandek sejak zaman Soviet.
Tonton: Rusia Terbuka untuk Perundingan Damai dengan Ukraina Jika Terjadi Hal Ini
Kapasitas produksi pertahanan telah tumbuh dari US$ 1 miliar pada tahun 2022 menjadi US$ 20 miliar pada tahun 2024. Akan tetapi, menurut Smetanin, Ukraina hanya mampu membeli sekitar setengahnya, sehingga kapasitas manufaktur tambahan tidak digunakan.
Beberapa produsen mengeluhkan batasan ketat pada margin keuntungan dan kurangnya kontrak pengadaan negara jangka panjang - sebuah masalah yang menurut Presiden Volodymyr Zelenskiy ingin ia atasi.