Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satu minggu belakangan ketegangan di Laut China Selatan semakin meningkat. Penyebabnya, tidak lain tidak bukan, adalah bertemunya armada laut China dan AS.
Melansir The New York Times, dua kapal induk Amerika berlayar ke Laut China Selatan pada hari Sabtu (4/7). Di saat yang bersamaan, militer China juga sedang melakukan latihan di wilayah yang berdekatan.
Dua kapal induk AS kabarnya dikirim untuk mendukung Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka. Sepasang kapal itu juga datang bersamaan dengan kapal perang dan pesawat terbang.
Menurut Armada Ketujuh Angkatan Laut AS, pengiriman armada tersebut merupakan bentuk latihan untuk meningkatkan pertahanan udara dan serangan rudal jarak jauh.
Baca Juga: Bandel, kapal China lagi-lagi langgar batas teritori Jepang
Di sisi lain, China cuma mengoperasikan satu unit kapal induk yang saat ini sedang beroperasi penuh. Sementara satu unit lagi baru akan dipersiapkan untuk beroperasi.
Aktivitas yang cukup agresif dari dua negara adidaya ini jelas langsung menjadi sorotan internasional. Apalagi selama ini Laut China Selatan memang jadi salah sat wilayah perairan paling tegang di planet Bumi.
Banyak yang memprediksi kalau perairan ini akan jadi medan tempur yang hebat jika dua negara tadi sudah kehabisan kesabaran.
Lalu, bagaimana sebenarnya kekuatan tempur angkatan laut dari masing-masing negara? Apakah seimbang, atau berat sebelah?
Berikut ini rincian sederhana mengenai jumlah armada angkatan laut milik China dan AS berdasarkan data dari GlobalFirePower.com.
Kekuatan Angkatan Laut China >>>
Kekuatan Angkatan Laut China
Data terbaru menunjukkan saat ini China memiliki total 777 aset armada tempur laut yang terdiri dari berbagai macam jenis berdasarkan fungsinya.
Jumlah kapal patroli merupakan aset alat perang di laut terbesar dengan total 220 unit. Jumlah ini tentunya sudah disesuaikan dengan jangkauan pengasawasan laut China yang sangat luas.
Seperti sudah disinggung di atas, China baru memiliki dua buah kapal induk. Jumlah yang terbilang sedikit untuk negara sekelas China.
Kekuatan tempur lain terdiri dari kapal Destroyer sebanyak 36 unit, Frigate sebanyak 52 unit, Corvette sebanyak 50 unit, serta kapal selam sebanyak 74 unit.
Untuk fungsi pengamanan, China juga siap menerjunkan sebanyak 29 unit kapal penyapu ranjau.
Baca Juga: Laut China Selatan: Angkatan Laut China siap melawan Angkatan Laut Amerika!
Kekuatan Angkatan Laut AS
Beralih ke AS. Negara yang dianggap jadi kekuatan terbesar di dunia ini rupanya punya total armada yang lebih sedikit dari China. Saat ini AS mengelola sebanyak 490 armada.
Walaupun demikian, AS memiliki jumlah kapal induk yang jauh lebih banyak dari China, yaitu 20 unit. Jumlah ini akan sangat menguntungkan AS untuk membawa puluhan pesawat tempur ke berbagai belahan dunia.
Di sisi lain, AS tidak memiliki satu pun armada kapal jenis Frigate. Kapal jenis ini sendiri memiliki fungsi untuk melakukan pengawalan terhadap kapal lain yang lebih besar.
Bagi banyak negara, kapal jenis ini dirasa sangat dibutuhkan karena memiliki keunggulan dari sisi ukuran yang relatif kecil dan mudah bermanuver. Kelengkapan senjata di kapal jenis ini juga sudah cukup untuk melakukan kontak jangka pendek.
AS memang tidak memiliki kapal Frigate, tapi negeri Paman Sam ini sudah menyiapkan 91 unit kapal Destroyer untuk melakukan penyerangan.
Armada lain yang dimiliki AS antara lain adalah jenis Corvette sebanyak 19 unit, kapal selam sebanyak 66 unit, kapal patroli sebanyak 13 unit, dan penyapu ranjau sebanyak 11 unit.
Angkatan Laut mana lebih unggul?
Secara umum China punya armada tempur yang jauh lebih banyak dari AS. Banyaknya unit kapal perang kecil seperti Corvette dan Frigate juga sedikit menguntungkan China dalam melakukan manuver.
Kekuatan lain yang juga bisa jadi penentu adalah armada kapal induk yang sanggup mengakomodir pesawat tempur dengan lebih mudah.
AS juga bisa dengan mudah memanfaatkan keunggulan jumlah unit kapal Destroyer yang memiliki ukuran lebih besar dari Corvette dan Frigate.
Lepas dari soal siapa yang lebih unggul, semua pihak tentu berharap konflik Laut China Selatan ini bisa selesai melalui jalur damai. Kontak fisik bisa berdampak pada negara-negara yang ada di sekitar wilayah Laut China Selatan, termasuk Indonesia.
Baca Juga: Tegang, posisi kapal induk AS dan kapal perang China berdekatan di Laut China Selatan