kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Mengapa tingkat kematian akibat corona di Italia paling tinggi?


Rabu, 25 Maret 2020 / 08:22 WIB
Mengapa tingkat kematian akibat corona di Italia paling tinggi?
ILUSTRASI. Peti jenazah pasien positif corona di Alessandria Italia


Sumber: Al Jazeera | Editor: Khomarul Hidayat

Galli menjelaskan, ketika situasi darurat memburuk dengan cepat selama sebulan terakhir, Italia memfokuskan pengujiannya hanya pada orang-orang yang menunjukkan gejala parah di daerah-daerah dengan intensitas epidemi tinggi. Hasilnya, kata para ahli, angka yang saat ini tersedia menghasilkan suatu distorsi statistik.

"Ini menyebabkan peningkatan tingkat kematian karena didasarkan pada kasus yang paling parah dan bukan pada total mereka yang terinfeksi," kata Galli.

Virus corona dapat memakan waktu hingga 14 hari sebelum infeksi menjadi gejala, seperti demam dan batuk kering. Dan selama periode inkubasi, pasien tanpa gejala berpotensi menularkannya.

Baca Juga: Gejala baru terjangkit virus corona: Mendadak tak bisa mencium bau

Para ahli percaya inilah yang disebut "transmisi sembunyi-sembunyi" yang telah mendorong penyebaran wabah dengan cepat, menginfeksi komunitas yang tetap tidak sadar sampai mereka merasakan gejala dan diuji.

Pada 15 Maret 2020, Italia telah melakukan sekitar 125.000 tes. Sebaliknya, Korea Selatan - yang menerapkan strategi pengujian luas - telah melakukan sekitar 340.000 tes, termasuk yang menunjukkan gejala ringan atau tidak sama sekali. Korea Swlatan mencatat hampir 9.000 kasus infeksi hingga saat ini, dengan angka kematian 0,6%.

Pupulasi tua

Di Italia, 85,6% dari mereka yang telah meninggal berusia lebih dari 70 tahun, menurut laporan terbaru Institut Nasional Kesehatan (ISS).

Dengan 23% populasi orang Italia berusia di atas 65 tahun, negara Mediterania ini memiliki populasi tertua kedua di dunia setelah Jepang. Para pengamat percaya distribusi usia juga bisa berperan dalam meningkatkan tingkat kematian.

Virus corona baru dapat menginfeksi orang-orang dari segala usia, namun orang dewasa yang lebih tua yang sistem kekebalannya menurun seiring dengan bertambahnya usia, tampaknya lebih rentan untuk menjadi sakit parah setelah tertular virus.

Faktor lain yang mungkin adalah sistem kesehatan Italia sendiri, yang menyediakan cakupan universal dan sebagian besar gratis.

"Kami memiliki banyak orang lanjut usia dengan banyak penyakit yang mampu hidup lebih lama berkat perawatan yang luas, tetapi orang-orang ini lebih rapuh daripada yang lain," kata Galli.

Baca Juga: Pakar: Istilah virus China oleh Trump memprovokasi sentimen anti-Asia



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×