Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
Pada 2018, Jain diangkat sebagai Wakil Ketua Divisi Asuransi, menegaskan posisinya sebagai salah satu penerus kunci Buffett. Greg Abel akan memegang peran CEO dan mengurus bisnis non-asuransi, sementara Jain tetap menjadi arsitek benteng keuangan Berkshire.
Meski tanggung jawabnya raksasa, sistem imbalan Jain unik. Buffett sendiri menentukan kompensasi Jain secara subjektif berdasarkan nilai kontribusinya, bukan insentif saham jangka pendek. Pada 2024, gajinya sekitar US$ 20 juta, jauh di bawah level yang bisa ia raih di Wall Street.
Pada September 2024, Jain menjual 200 saham Kelas A Berkshire senilai sekitar US$ 139 juta. Itu menurunkan porsi kepemilikannya lebih dari separuh. Namun analis menilai langkah ini sebagai persiapan warisan, mengingat usianya sudah 73 tahun.
Baca Juga: Harta Warren Buffett Tembus Rp 2.500 Triliun, Saat Saham Raksasa Teknologi AS Ambruk
Ia masih menggenggam 166 saham Kelas A melalui trust dan yayasannya, dengan total kekayaan pribadi lebih dari US$ 200 juta.
Selain kinerja finansial, Jain dikenal lewat keseriusannya di dunia filantropi. Ia mendirikan Jain Foundation di Seattle yang fokus pada riset pengobatan penyakit otot langka yang diderita putranya.
Pendekatannya tetap sama: berbasis data, strategis, dan global.
Ketika Greg Abel mengambil alih kursi tertinggi dan Buffett mulai menepi, kontribusi Ajit Jain akan semakin krusial.
Dialah sang “Oracle of Underwriting” pengendali risiko yang memastikan fondasi keuangan Berkshire tetap kokoh untuk memasuki abad berikutnya.
Baca Juga: Ini Rahasia Panjang Umur Warren Buffett di Usia 95 Tahun
Dari seorang salesman IBM di India hingga menjadi tangan kanan investor terhebat di dunia, kisah Ajit Jain adalah bukti bahwa kejernihan berpikir bisa menghasilkan kekuatan finansial yang menggerakkan raksasa bisnis global.













