Sumber: History | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - MUNICH. Gelaran multi-event seperti Olimpiade seharusnya menimbulkan suasana sukacita bagi seluruh dunia. Sayagnya, suasan ini tidak terlihat pada pelaksanaan Olimpiade Munich tahun 1972.
Tanggal 5 September pagi, sekelompok teroris Palestina menyerbu apartemen tempat para atlet Israel menginap, membunuh dua orang dan menyandera sembilan orang lainnya.
Dikutip dari History.com, para teroris ini adalah bagian dari kelompok yang dikenal sebagai Black September. Mereka bersedia membebaskan para sandera dengan syarat, Israel harus membebaskan lebih dari 230 tahanan Arab yang ditahan di penjara Israel.
Perundingan tidak berjalan lancar, aksi baku tembak pun terjadi di bandara Munich. Dalam baku tembak tersebut sembilan sandera Israel tewas bersama dengan lima teroris dan satu polisi Jerman Barat.
Baca Juga: Hari ini dalam sejarah: Pemimpin Uni Soviet Vladimir Lenin lolos dari pembunuhan
Setelah insiden ini terjadi, pemerintah Israel yang dipimpin oleh Golda Meir, menyewa sekelompok agen Mossad untuk melacak dan membunuh para anggota Black September.
Upaya perburuan ini kemudian diangkat ke layar lebar oleh Stephen Spielberg melalui film berjudul "Munich" pada tahun 2005.
Akibat insiden ini, gelaran Olimpiade terpaksa dihentikan selama 24 jam untuk mengadakan upacara peringatan bahi para atlet yang terbunuh.
Setelah upacara peringatan diadakan, Presiden Komite Olimpiade Internasional Avery Brundage memerintahkan agar semua pertandingan olahraga kembali dilanjutkan, untuk menunjukkan bahwa terorisme tidak menang.
Insiden serangan teroris tersebut jelas cukup mencoreng gelaran Olimpiade Munich yang sebenarnya bertabur sederet prestasi mentereng dari para atlet yang berlaga.
Beberapa prestasi yang lahir dalam Olimpiade tahun itu antara lain raihan tujuh medali emas dari perenang AS Mark Spitz serta raihan dua medali emas oleh atlet atletik Rusia Olga Korbut.