kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.932.000   -33.000   -1,68%
  • USD/IDR 16.605   3,00   0,02%
  • IDX 6.767   17,72   0,26%
  • KOMPAS100 979   5,15   0,53%
  • LQ45 762   4,33   0,57%
  • ISSI 215   0,81   0,38%
  • IDX30 395   2,48   0,63%
  • IDXHIDIV20 471   1,18   0,25%
  • IDX80 111   0,53   0,48%
  • IDXV30 115   0,73   0,63%
  • IDXQ30 130   0,90   0,70%

Mengungkap dalang bisnis prostitusi Makau


Sabtu, 17 Januari 2015 / 11:20 WIB
Mengungkap dalang bisnis prostitusi Makau
ILUSTRASI. Produk perabotan dari Kedaung Indah Can


Reporter: Yuwono Triatmodjo | Editor: Yudho Winarto

JUDI dan prostitusi bak dua sisi keping mata uang yang tak terpisahkan. Begitu pula di pusat judi Makau. Namun kini, Pemerintah China di bawah kepemimpinan Xi Jinping mulai tegas dan tidak mentolerir bisnis prostitusi di China, termasuk di Makau.

Komitmen Pemerintah China bukan isapan jempol. Bahkan, Alan Ho, keponakan dari miliarder sekaligus pebisnis judi kesohor asal Hong Kong, Stanley Ho, ditangkap polisi Makau karena terindikasi menjadi gembong bisnis prostitusi di Makau.

Alan menjabat sebagai direktur eksekutif di Lisboa, hotel sekaligus tempat perjudian terbesar di Makau, milik sang paman. Seperti diberitakan Reuters mengutip South China Morning Post, Senin (12/1), Alan ditangkap bersama lima staf Lisboa lain pada 10 Januari 2015.

Polisi juga mengamankan 96 pekerja seks komersial (PSK) yang beroperasi di tempat itu. Sebanyak 95 orang PSK berasal dari China, dan satu orang lain dari Vietnam.

Alan diduga menjalankan bisnis prostitusi ini sejak setahun silam. Dari bisnis ilegal tersebut, keuntungan dikantongi pria berusia 68 tahun itu ditaksir mencapai 400 juta pataca atau setara US$ 50 juta.

Setiap wanita penghibur yang beroperasi di Lisboa, dipungut biaya keanggotaan 150.000 pataca. Saban bulan, wanita-wanita itu juga harus membayar duit "keamanan" sebesar 10.000 pataca.

Seperti ditulis Bloomberg, Jumat (16/1) mengutip pemberitaan Macau Daily News, operasi penangkapan oleh pihak kepolisian Makau ini merupakan yang terbesar, sejak China kembali menguasai wilayah ini pada tahun 1999. Tidak kurang dari 2.400 pekerja seks mencari nafkah dalam sindikat prostitusi yang dikomandoi Alan.

Alan sejatinya adalah orang terpelajar. Dia mengenyam pendidikan tinggi bidang bisnis dan manajemen di Amerika Serikat pada tahun 1971. Bahkan dia sempat menjadi dosen di Chinese University of Hong Kong pada 1979–1985.

Alan lantas melanjutkan studi bidang hukum di Harvard dan bekerja sebagai pengacara hingga tahun 1991.Konfirmasi Bloomberg kepada Alan melalui e-mail terkait kasus ini tidak direspon.

Pada tahun 2013, otoritas Makau tercatat melakukan pemeriksaan terhadap 34 kasus perdagangan seks. Angka ini meningkat dari tahun 2012 yang sebesar 15 kasus.

Carlos Siu, profesor dari Macau Plytechnic Institute mengatakan, Makau telah lama membiarkan bisnis prostitusi tumbuh, sebagai dampak dari pesatnya usaha perjudian di wilayah tersebut.

Siu menyebutkan, banyak temannya saat mengunjungi Makau, selalu mendapat tawaran wisata seks. Saat mengunjungi tempat perjudian, selalu ada mucikari yang mendekati dan menawarkan jasa wanita penghibur.

Kendy Yim, Direktur Eksekutif organisasi non pemerintah yang menangani pekerja seks di Makau, selalu mengingatkan penggunaan kondom dan pentingnya menjaga kesehatan. Para pekerja seks itu umumnya beroperasi di tempat-tempat perjudian, klub malam dan sauna.

Sampai saat ini tidak ada data yang akurat mengenai jumlah pekerja seks di Makau karena minimnya survei. Lok Wai Kin, Wakil Presiden Komite Reformasi Hukum Makau menegaskan, Pemerintah Makau ingin membuat industri perjudian yang teratur. Sebagai tujuan wisata, nama Makau tidak ingin tercoreng tawaran bisnis esek-esek yang kian merajalela. 



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×