Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Bos Tesla, Elon Musk, resmi mundur dari pemerintahan Presiden Donald Trump setelah memimpin program efisiensi pemerintahan yang kontroversial dan penuh gejolak.
Kepergiannya mengakhiri masa tugas 130 hari sebagai pejabat khusus di Departemen Efisiensi Pemerintahan (DOGE) yang dibentuk khusus oleh Trump.
"Proses off-boarding dimulai malam ini," ungkap seorang pejabat Gedung Putih kepada Reuters, Rabu (28/5) malam waktu setempat.
Baca Juga: Tesla Tersandung di Eropa! Model Y Gagal, Elon Musk Hadapi Penurunan Penjualan EV
Beberapa jam sebelumnya, Musk sempat mengucapkan terima kasih kepada Trump lewat platform media sosial miliknya, X.
Tak ada perpisahan formal antara Musk dan Trump. Keputusan pengunduran dirinya disebut diambil di level staf senior tanpa pertemuan langsung, menurut sumber internal.
Pengunduran diri Musk datang sehari setelah ia secara terbuka mengkritik RUU pajak andalan Trump, menyebutnya terlalu mahal dan merusak upaya penghematan anggaran yang diusung DOGE.
Komentar tersebut memicu kekesalan sejumlah pejabat senior Gedung Putih, termasuk Deputi Kepala Staf Stephen Miller, dan membuat tim Trump harus meyakinkan kembali para senator Partai Republik akan dukungan presiden.
“Saya kecewa melihat RUU anggaran dan pajak baru itu malah memperlebar defisit, bukan memperkecilnya,” kata Musk dalam wawancara dengan CBS News, Selasa (27/5).
Baca Juga: X Money, Aplikasi Pembayaran dan Perbankan dari Elon Musk Mulai Uji Beta
Dari Gergaji Birokrasi ke Benturan Politik
Di awal masa jabatan Trump, Musk tampil dominan sebagai ikon efisiensi ekstrem dan anti-birokrasi.
Dalam Konferensi Aksi Politik Konservatif (CPAC) Februari lalu, Musk mengacungkan gergaji mesin merah metalik, simbol pemangkasan birokrasi. “Ini gergaji untuk birokrasi!” serunya disambut sorak sorai.
Musk sempat menjanjikan pemangkasan belanja federal hingga US$2 triliun, bahkan memprediksi penghapusan sistem kerja jarak jauh akan memicu "gelombang pengunduran diri sukarela" yang ia sambut dengan tangan terbuka.
Namun, tak semua pejabat kabinet senang. Seiring waktu, para menteri mulai melawan rencana pemangkasan ekstrem Musk.
Baca Juga: Warren Buffett Sebenarnya Punya Peluang Salip Elon Musk Jadi Orang Terkaya di Dunia!
Presiden Trump juga menegaskan bahwa keputusan kepegawaian tetap berada di tangan para sekretaris, bukan Musk.
Benturan terjadi antara Musk dan sejumlah pejabat utama seperti Menlu Marco Rubio, Menteri Perhubungan Sean Duffy, serta Menteri Keuangan Scott Bessent.
Bahkan, Musk menyebut penasihat dagang Trump, Peter Navarro, sebagai “bodoh seperti karung batu”.
Navarro menanggapi santai: “Saya pernah dibilang lebih buruk dari itu.”
DOGE Berlanjut, Musk Fokus ke Bisnis
Meski ditinggalkan pendirinya, DOGE akan tetap berlanjut. Pemerintah AS mengklaim sudah memangkas 260.000 PNS sipil atau hampir 12% dari total 2,3 juta pegawai federal melalui ancaman pemecatan, program pensiun dini, dan tawaran kompensasi.
“Eliminasi birokrasi harus menjadi budaya baru di pemerintahan,” kata Musk sebelum mundur.
Baca Juga: Era Keemasan Tesla Berakhir, Apakah Ini Menjadi Kejatuhan Kerajaan Bisnis Elon Musk?
Di sisi lain, tekanan terhadap Musk datang dari investor Tesla yang khawatir fokus Musk pada politik mengganggu kinerja perusahaan.
Penjualan dan harga saham Tesla mengalami tekanan dalam beberapa bulan terakhir.
Musk, yang disebut telah menyumbang US$300 juta untuk kampanye Trump dan Partai Republik tahun lalu, juga menyatakan akan mengurangi drastis belanja politiknya.
“Saya rasa, saya sudah cukup berkontribusi,” ucap Musk dalam forum ekonomi di Qatar awal Mei lalu.