Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Marco Rubio pada Rabu (28/5) mengumumkan bahwa AS akan mulai mencabut visa para mahasiswa asal China, termasuk mereka yang memiliki kaitan dengan Partai Komunis China (PKC) atau tengah menempuh studi di bidang-bidang yang dianggap kritis bagi keamanan nasional.
Dalam pernyataannya, Rubio juga menyatakan bahwa Departemen Luar Negeri akan merevisi kriteria pemberian visa guna memperketat proses seleksi terhadap semua aplikasi visa baru dari China dan Hong Kong.
Baca Juga: Trump Putus Seluruh Kontrak Federal dengan Harvard, Nilainya Capai US$ 100 Juta
Langkah ini belum dikomentari oleh Kedutaan Besar China di Washington.
China merupakan negara asal mahasiswa internasional terbesar kedua di AS pada tahun akademik 2023/2024, dengan total 277.398 pelajar, menurut data Institute of International Education (IIE).
Sehari sebelumnya, dilaporkan bahwa Departemen Luar Negeri AS telah menghentikan jadwal baru untuk permohonan visa pelajar dan program pertukaran pelajar (student and exchange visitor visa).
Baca Juga: Harvard Vs Trump: Ribuan Mahasiswa Asing Terancam Tak Bisa Kuliah
Kebijakan ini sejalan dengan agenda imigrasi garis keras Presiden Donald Trump, yang mencakup perluasan pemeriksaan media sosial bagi mahasiswa asing, peningkatan upaya deportasi, dan pencabutan visa pelajar yang dinilai bermasalah.
Langkah pencabutan visa ini menambah ketegangan dalam hubungan AS-China yang sudah memanas, terutama di bidang teknologi, perdagangan, dan keamanan nasional.
Pemerintah AS sebelumnya telah memperingatkan soal potensi transfer teknologi sensitif dari kampus-kampus Amerika ke pemerintah China melalui pelajar dan peneliti asing.
Baca Juga: Mahasiswa Asing di Harvard University Kini Terancam, Gara-Gara Kebijakan Baru Trump
Pihak berwenang belum memberikan rincian spesifik mengenai bidang studi apa yang akan dikategorikan sebagai “kritis,” namun sebelumnya AS telah menyoroti sektor seperti kecerdasan buatan, semikonduktor, bioteknologi, dan teknologi pertahanan sebagai area sensitif.