Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - TAIPEI. Menteri Pertahanan Taiwan mengakui bahwa ketegangan militer antara negaranya dan China saat ini merupakan yang terburuk dalam 4 dekade terakhir. Hal itu dibuktikan dengan tingginya frekuensi kunjungan militer China di sekitar Taiwan.
Terhitung sejak hari Jumat (1/10), otoritas pertahanan Taiwan mencatat hampir 150 pesawat angkatan udara China memasuki zona pertahanan udaranya.
Bagi Taiwan, aktivitas tersebut merupakan bentuk pelecehan berkelanjutan yang dilakukan China terhadap Taiwan.
"Situasi ini adalah yang paling serius dalam lebih dari 40 tahun sejak saya bergabung dengan militer. Bahkan ada risiko salah sasaran (dalam latihan) selama mereka melintasi Selat Taiwan," ungkap Menteri Pertahanan Taiwan Chiu Kuo-cheng, seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: Presiden Tsai: Jika Taiwan jatuh ke China, akan jadi bencana besar bagi perdamaian
Chiu yang memiliki latar belakang militer, situasi saat ini semakin mendekatkan Taiwan ke arah darurat. Saat ini Chiu sedang menunggu tinjauan komite parlemen untuk pengeluaran militer khusus sebesar T$240 miliar, atau setara US$8,6 miliar, yang akan dialokasikan untuk produksi rudal, kapal perang, dan senjata lainnya.
Melansir Reuters, pengeluaran militer khusus Taiwan selama lima tahun ke depan sebagian besar akan digunakan untuk senjata angkatan laut termasuk senjata anti-kapal seperti sistem rudal darat.
Level darurat yang disebut Chiu bukan tanpa alasan. Pihak China sendiri telah berulang kali mengatakan bahwa Taiwan harus diambil paksa jika perlu. Karena pernyataan tersebut, Taiwan menyalahkan China atas segala ketegangan yang terjadi.
Baca Juga: Pecah rekor, 56 pesawat tempur China mendekati Taiwan dalam sehari
Taiwan yang meyakini bahwa dirinya sudah merdeka dan berdaulat sebagai sebuah negara, berkomitmen akan mempertahankan kebebasan dan demokrasinya.
"China sudah memiliki kemampuan untuk menyerang Taiwan dan akan mampu melakukan invasi skala penuh pada tahun 2025. Mereka sudah memiliki kapasitas itu sekarang, tetapi tidak akan memulai perang dengan mudah," kata Chiu.
Taiwan saat ini cukup bergantung pada Amerika Serikat yang merupakan pemasok militer utamanya. Pihak AS juga sudah berkomitmen untuk berdiri bersama Taiwan dan terus mengkritik agresivitas China.
Sebagai respons, China menyalahkan kebijakan AS yang mendukung Taiwan dengan penjualan senjata dan mengirim kapal perang melalui Selat Taiwan karena meningkatkan ketegangan.