Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Tri Adi
Tak mau sekadar jago kandang, Didi menjajal pangsa pasar di luar China. Mengutip Tech Crunch, langkah awal, Didi mengikat kerja sama dengan Lyft, rival abadi Uber di AS. September 2015, Didi membenamkan investasi US$ 100 juta di Lyft. Akhir tahun lalu, Didi juga merambah pasar Asia dengan memimpin suntikan dana sekitar US$ 350 juta di GrabTaxi dan US$ 500 juta di Ola.
Dengan memiliki saham Lyft, GrabTaxi, dan Ola, cengkeraman bisnis Didi kian mendunia. Dalam beberapa bulan terakhir, Didi getol membentuk aliansi global dengan tujuan menyalip popularitas Uber.
Mengutip AllChinaTech, kompetisi panas antara Uber dan Didi masih akan terus berubah di masa depan. Aksi saling balap bakal terus mewarnai aksi korporasi di antara keduanya.
Sejatinya, ada yang cerita menarik antara Cheng Wei dan Travis Kalanick, pendiri Uber. Suatu kali, Kalanick bertemu dengan Cheng, Juli 2014.
Kala itu, Kalanick meyakinkan Cheng bahwa Uber telah mendominasi pasar dunia. Kalanick menawarkan dana segar kepada Cheng, kesempatan untuk Cheng menyerah.
Setelah diskusi berjam-jam, Cheng yang saat itu menjadi CEO Didi Dache, menolak tawaran Kalanick. "Memang Uber lebih dahulu mengglobal, tapi akan ada masanya kami akan menyalip Uber," ungkap Cheng, seperti dilansir Wall Street Journal.
Kendati berambisi mengalahkan Uber, Cheng mengakui bahwa Kalanick merupakan inspirasinya dalam berbisnis. Yang jelas, Cheng meyakini, pertarungan dengan Uber, khususnya di pasar China, masih berlanjut.
(Bersambung)