kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menlu Rusia Meninggalkan Bali Menjelang Deklarasi KTT G20, Ada Apa?


Rabu, 16 November 2022 / 07:57 WIB
Menlu Rusia Meninggalkan Bali Menjelang Deklarasi KTT G20, Ada Apa?
ILUSTRASI. Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada hari Selasa (15/11/2022) menyelesaikan programnya di KTT G20 di Bali. Sonny Tumbelaka/Pool via REUTERS


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - BALI. Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada hari Selasa (15/11/2022) menyelesaikan programnya di KTT G20 di Bali, Indonesia. 

Mengutip kantor berita TASS, pesawatnya meninggalkan Bandara Internasional Denpasar menuju Rusia.

KTT G20 diadakan di pulau Bali, Indonesia pada 15-16 November. Lavrov berbicara pada rapat pleno tentang masalah ketahanan pangan dan energi dan pada sesi perawatan kesehatan. 

Selain itu, ia mengadakan sejumlah pertemuan bilateral, termasuk dengan Anggota Dewan Negara dan Menteri Luar Negeri China Wang Yi, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu, dan juga berbicara singkat dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz. 

Program Lavrov di KTT G20 berakhir pada 15 November seperti yang diharapkan.

Baca Juga: Zelensky Sebut G20 Jadi G19, Ditujukan sebagai Hinaan untuk Rusia

"Seperti yang diharapkan, Lavrov meninggalkan Bali pada akhir hari pertama KTT G20," kantor berita negara Rusia RIA Novosti melaporkan Selasa malam seperti yang dikutip dari AFP.

Lavrov pulang meninggalkan Bali menjelang deklarasi terakhir yang akan disetujui pada hari ini, Rabu (16/11/2022) setelah pertemuan tentang digitalisasi. 

"Rusia akan diwakili Menteri Keuangan (Anton) Siluanov," kata sumber tersebut.

Pertemuan terbesar para pemimpin dunia sejak awal pandemi diadakan tanpa Presiden Rusia Vladimir Putin di pulau Indonesia.

KTT G20 digelar setelah hampir sembilan bulan dimulainya serangan Rusia di Ukraina yang telah membuat harga energi dan pangan melonjak dan melihat ancaman nuklir menjadi sorotan.




TERBARU

[X]
×