kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Menyedihkan, ratusan gajah mati di Botswana, di dugaan penyebabnya


Kamis, 02 Juli 2020 / 08:20 WIB
Menyedihkan, ratusan gajah mati di Botswana, di dugaan penyebabnya
ILUSTRASI. Nama : Gajah Afrika (African Elephant) ;Nama ilmiah; : ;Lama hidup : ;Panjang/Berat : Panjang 10,6 ;meter, Berat 6,35 ton ;Status Konservasi : ;Keterangan : ;Sumber foto : biolib.cz


Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - Botswana. Ratusan gajah di Botswana mati tanpa penyebab yang jelas. Namun, Pemerintah Botswana belum menerjunkan tim untuk menyelidiki penyebab ratusan gajah mati tersebut.

Sebuah klaster kematian hewan gajah pertama kali dilaporkan di Delta Okavango pada awal Mei lalu dengan 169 ekor tewas di akhir bulan. Pada pertengahan Juni kemarin, angka kematiannya berlipat ganda, dengan 70% klaster kematian gajah ditemukan di sekitar kubangan air. Hal ini disampaikan oleh narasumber lokal anonim.

Baca juga: Mobil Ayla di Jakarta diskon hingga Rp 15 juta, jangan dilewatkan!

Dr Niall McCann, seorang Direktur Konservasi Lembaga Amal National Park Rescue yang berbasis di Inggris mengatakan, "Ini adalah kematian massal dalam tingkatan yang belum pernah terlihat dalam waktu yang sangat, sangat lama. Di luar kekeringan, saya tidak tahu kematian massal bisa menjadi sesignifikan ini."

Karena pemerintah Botswana masih belum melakukan uji sampel, maka tidak ada informasi terkait penyebab kematian atau apakah kematian massal itu bisa berisiko terhadap kesehatan manusia.

Diperkirakan ada 2 kemungkinan penyebab ratusan gajah mati yakni keracunan dan patogen (penyakit) yang tidak diketahui. Anthrax, awalnya dipertimbangkan sebagai penyakit yang paling mungkin namun telah dikesampingkan.  

Menurut McCann, ketika kematian massal terjadi pada gajah yang hidup di dekat habitat manusia saat penyakit satwa liar menjadi kecurigaan banyak orang, dan sampel belum dikirim ke laboratorium yang punya reputasi yang baik adalah suatu hal yang keterlaluan.

Saksi mata setempat mengatakan beberapa gajah tampak berjalan mengelilingi air, hal itu mengindikasikan adanya gangguan neurologis. "Jika Anda melihat pada (foto) bangkai gajah, beberapa dari mereka jatuh terjerembab tepat di wajah mereka, menunjukkan mereka mati sangat cepat. Yang lain jelas mati lebih lambat, seperti yang berkeliaran. Jadi sangat sulit untuk mengatakan apa racunnya," ungkap McCann.

Baca juga: Lowongan kerja di Damri, dibuka hingga 3 Juli 2020

Gajah-gajah dari berbagai usia dan jenis kelamin ditemukan sekarat, menurut laporan lokal. Beberapa yang hidup tampak lemah dan kurus, seakan-akan mereka akan mati beberapa pekan lagi. Ada pun angka kematian gajah diperkirakan lebih tinggi karena bangkai-bangkai sulit ditemukan, menurut para ahli konservasi.

Racun sianida, yang sering digunakan pemburu di Zimbabwe, adalah racun yang paling memungkinkan namun satwa liar itu tidak tampak sekarat sebelum mati. Berdasarkan laporan lokal, hanya ada sedikit burung pemakan bangkai dari yang seharusnya, tetapi tidak menunjukkan perilaku abnormal. "Tidak ada preseden untuk ini menjadi fenomena alam tetapi tanpa pengujian yang tepat, hal itu tidak akan pernah diketahui," ujar McCann.

Baca juga: Kabar baik, pengembangan vaksin corona di China menuju babak baru

Ada yang menyebut Covid-19 sebagai sesuatu yang dianggap mungkin jadi penyebabnya meski itu tidaklah mungkin. Ada sekitar 15.000 gajah di delta, 10 persen dari total keseluruhan di negara itu. Ekowisata menyumbang antara 10-12 persen dari PDB Botswana, penghasilan kedua setelah berlian. “Anda melihat gajah sebagai aset negara. Mereka adalah berlian yang berkeliaran di sekitar delta Okavango,” kata McCann.

"Ini adalah bencana konservasi - ini berbicara tentang negara yang gagal melindungi sumber dayanya yang paling berharga."

Gading bangkai gajah belum dihilangkan dan konservasionis telah mendesak pihak berwenang Botswana untuk menjaga bangkai sehingga pemburu tidak mengambil gadingnya. Sampai saat ini belum ada laporan kematian gajah di negara-negara tetangga. "Ada kekhawatiran nyata tentang keterlambatan pengiriman sampel ke laboratorium terakreditasi untuk pengujian pengidentifikasian sampel, dan pada akhirnya mengambil langkah-langkah untuk mengurangi itu," kata Mary Rice, Direktur Eksekutif Badan Investigasi Lingkungan di London.

“Kurangnya urgensi merupakan masalah nyata dan tidak mencerminkan tindakan seorang penjaga yang bertanggung jawab. Sudah ada tawaran bantuan berulang kali dari pemangku kepentingan swasta untuk memfasilitasi pengujian mendesak yang tampaknya tidak digubris, dan semakin banyak jumlahnya (kematian gajah), terus terang, mengejutkan."

Sementara itu, melansir The Guardian, Dr Cyril Taolo, penjabat Direktur Departemen Margasatwa dan Taman Nasional Botswana berkata, “Kami mengetahui gajah yang sedang sekarat. Dari 350 hewan, kami telah mengonfirmasi 280 dari hewan-hewan itu. Kami masih dalam proses mengonfirmasi sisanya. Kami telah mengirim [sampel] untuk pengujian dan kami mengharapkan hasilnya selama beberapa minggu ke depan," katanya.

“Pembatasan Covid-19 mengganggu pengangkutan sampel di kawasan dan di seluruh dunia. Kami sekarang mulai keluar dari itu (aturan batasan) dan itulah sebabnya kami kini sedang mengirim sampel ke laboratorium lain," jelas Taolo menolak untuk mengatakan ke laboratorium mana sampel-sampel itu akan dikirim.

(Miranti Kencana Wirawan)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ratusan Gajah secara Misterius Mati Massal, Kenapa?",



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×