Sumber: Reuters | Editor: Dessy Rosalina
KUALA LUMPUR. Proses merger bank raksasa asal Malaysia memasuki babak akhir. Sumber Reuters berbisik, CIMB Group Holdings Bhd, RHB Capital Bhd, dan Malaysia Building Society Bhd (MBSB) sudah merampungkan struktur transaksi mega merger tersebut.
Poin penting kesepakatannya, CIMB dan RHB bakal merger dengan skema pertukaran saham atau share swap. "Sementara, MBSB akan diakuisisi keduanya dengan bayaran tunai dan saham," jelas sumber itu, Kamis (9/10).
Pasca transaksi, anak usaha syariah CIMB dan RHB bakal merger dengan MBSB untuk membentuk bank syariah lebih besar. "CIMB dan RHB masih menegosiasikan kemungkinan menjual unit investment banking RHB," tambah si sumber.
Kabarnya, struktur merger ini sudah diserahkan ke tangan Bank Negara Malaysia (BNM) atau bank sentral Malaysia. Mega merger tiga entitas bank itu bakal melahirkan aset US$ 190 miliar. Aset jumbo ini menggeser posisi penguasa perbankan Negeri Jiran, Malayan Banking Bhd (Maybank) sekaligus menyandang predikat bank dengan aset terbesar keempat di Asia Tenggara.
Tenggat waktu
Kendati dikabarkan telah mencapai kata sepakat, tiga bank itu menunda pengumuman proposal detail merger. Secara terpisah, CIMB, RHB, dan MBSB meminta kepada regulator bursa Malaysia untuk menghentikan sementara (suspend) saham mereka pada perdagangan, kemarin.
Asal tahu saja, penundaan pengumuman dilakukan tiga bank lantaran tenggat waktu kesepakatan merger berakhir Rabu (8/10). Tenggat waktu dihitung 90 hari setelah tiga bank mengumumkan rencana merger kepada BNM pada 10 Juli lalu.
Yang pasti, Malaysia's Employees Provident Fund (EPF), pemegang saham di tiga bank itu, menjadi penentu struktur merger. EPF mengempit 41% saham RHB, 65% saham MBSB, dan 14,5% saham CIMB.
Dalam transaksi merger ini, CIMB menunjuk JPMorgan sebagai penasihat investasi. Sedangkan, Credit Suisse dan Citigroup menasihati RHB dan MBSB. Sekadar menyegarkan ingatan, CIMB dan Maybank pernah berencana merger. Merger keduanya ingin memuluskan ambisi mengakuisisi RHB pada pertengahan tahun 2011 silam.
Tapi, rencana merger tiga tahun lalu itu kandas karena para pemegang saham tidak sepakat. Sejatinya, perbankan Malaysia terus berkonsolidasi demi membentuk entitas bank perkasa untuk menghadapi pasar bebas ASEAN perbankan pada tahun 2020.