kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.287.000   27.000   1,19%
  • USD/IDR 16.718   -17,00   -0,10%
  • IDX 8.337   18,53   0,22%
  • KOMPAS100 1.160   0,24   0,02%
  • LQ45 848   0,76   0,09%
  • ISSI 288   1,37   0,48%
  • IDX30 443   -2,30   -0,52%
  • IDXHIDIV20 511   -0,47   -0,09%
  • IDX80 130   0,11   0,09%
  • IDXV30 137   0,41   0,30%
  • IDXQ30 141   -0,81   -0,57%

Putin: Rusia Akan Ambil Langkah Balasan Jika AS Lanjutkan Uji Coba Nuklir


Kamis, 06 November 2025 / 17:09 WIB
Putin: Rusia Akan Ambil Langkah Balasan Jika AS Lanjutkan Uji Coba Nuklir
ILUSTRASI. Rusia siapkan langkah balasan uji coba nuklir AS. Simak analisis ketegangan geopolitik dan risiko perlombaan senjata baru, FOTO: Sergey Bobly/ Russian International News Agency (RIA) / Russian MFA


Sumber: Al Jazeera | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan para pejabat tinggi Kremlin untuk menyiapkan usulan terkait kemungkinan dilanjutkannya kembali uji coba senjata nuklir oleh Rusia.

Langkah ini diambil sebagai tanggapan atas perintah Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang memerintahkan negaranya untuk “segera” melanjutkan uji coba nuklir setelah jeda selama puluhan tahun.

Dalam pertemuan Dewan Keamanan Rusia pada Rabu, Putin mengatakan bahwa jika Amerika Serikat atau negara penandatangan Traktat Pelarangan Uji Coba Nuklir Komprehensif (CTBT) melakukan uji coba nuklir, maka Rusia “berkewajiban untuk mengambil langkah timbal balik”.

Baca Juga: Hubungan Ekonomi China–Rusia Tetap Solid Meski Dihantam Tekanan AS dan Sanksi Barat

“Sehubungan dengan hal itu, saya memerintahkan Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahanan, dinas intelijen, dan lembaga sipil terkait untuk mengumpulkan informasi tambahan, menganalisisnya di Dewan Keamanan, dan menyampaikan usulan terkoordinasi mengenai langkah awal untuk mempersiapkan uji coba senjata nuklir,” kata Putin, dikutip dari transkrip resmi Kremlin.

Ketegangan AS–Rusia Meningkat Tajam

Rusia belum pernah melakukan uji coba nuklir sejak runtuhnya Uni Soviet pada 1991. Namun, ketegangan antara dua negara pemilik arsenal nuklir terbesar di dunia kembali meningkat dalam beberapa pekan terakhir, seiring munculnya frustrasi Trump terhadap Putin atas kegagalan Rusia mengakhiri perang di Ukraina.

Trump sebelumnya membatalkan rencana pertemuan puncak dengan Putin di Hongaria pada Oktober, dan sehari kemudian menjatuhkan sanksi terhadap dua perusahaan minyak besar Rusia—langkah pertama sejak ia kembali ke Gedung Putih pada Januari 2025.

Pada 30 Oktober, Trump mengumumkan bahwa ia telah memerintahkan Departemen Pertahanan AS untuk segera melanjutkan uji coba senjata nuklir “dalam tingkat yang setara” dengan negara-negara bersenjata nuklir lainnya.

Keputusan itu muncul hanya beberapa hari setelah Trump mengkritik Rusia karena menguji rudal Burevestnik, senjata bertenaga nuklir yang mampu membawa hulu ledak nuklir jarak jauh.

Rusia Siapkan Lokasi Uji Coba di Novaya Zemlya

Dalam pertemuan yang disebut semi-formal tersebut, Menteri Pertahanan Rusia Andrei Belousov memperingatkan bahwa langkah Washington telah meningkatkan “tingkat ancaman militer terhadap Rusia” secara signifikan.

Ia menegaskan pentingnya menjaga kesiapan arsenal nuklir Rusia agar tetap mampu “menimbulkan kerusakan yang tidak dapat diterima”. Belousov juga menyebut bahwa lokasi uji coba di kawasan Arktik, Novaya Zemlya, dapat digunakan untuk melakukan uji coba nuklir dalam waktu singkat.

Baca Juga: Xi Jinping Tegaskan Komitmen Perkuat Hubungan dengan Rusia di Tengah Tekanan Global

Sementara itu, Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia, Valery Gerasimov, memperingatkan bahwa jika Rusia tidak segera bertindak, maka “waktu dan kesempatan untuk merespons secara tepat terhadap tindakan Amerika Serikat akan hilang”.

Usai pertemuan, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada kantor berita TASS bahwa Putin belum menetapkan tenggat waktu khusus bagi pejabat terkait untuk menyelesaikan usulan tersebut.

“Untuk sampai pada kesimpulan mengenai kelayakan dimulainya persiapan uji coba tersebut, diperlukan waktu yang sesuai agar kita dapat memahami sepenuhnya niat Amerika Serikat,” ujar Peskov.

Rusia dan AS Masih Jadi Dua Kekuatan Nuklir Terbesar

Menurut Center for Arms Control and Non-Proliferation (CACNP), Rusia saat ini memiliki sekitar 5.459 hulu ledak nuklir, dengan 1.600 di antaranya aktif. Sementara Amerika Serikat memiliki sekitar 5.550 hulu ledak, di mana sekitar 3.800 tergolong aktif.

Sebagai perbandingan, pada puncak Perang Dingin tahun 1960-an, AS memiliki lebih dari 31.000 hulu ledak nuklir aktif dan tidak aktif.

China masih jauh di belakang, namun terus memperluas arsenalnya hingga sekitar 600 hulu ledak, bertambah sekitar 100 per tahun sejak 2023, menurut Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI). Negara-negara lain yang memiliki senjata nuklir adalah Prancis, Inggris, India, Pakistan, Israel, dan Korea Utara.

Risiko Perlombaan Senjata Nuklir Baru

Amerika Serikat terakhir kali melakukan uji coba nuklir pada tahun 1992, setelah Presiden George H. W. Bush memberlakukan moratorium menyusul berakhirnya Perang Dingin.

Sejak CTBT dibuka untuk penandatanganan pada 1996, hanya tiga negara yang melakukan uji coba nuklir: India dan Pakistan pada 1998, serta Korea Utara sebanyak lima kali sejak 2006, dengan uji terakhir pada 2017.

Baca Juga: Harga Minyak Turun 2% Selasa (28/10): Cermati Sanksi Rusia dan Rencana Produksi OPEC+

Uji coba semacam itu dikenal memiliki dampak lingkungan yang sangat besar dan kerap memicu ketegangan global.

Trump hingga kini belum memperjelas apakah perintah “melanjutkan uji coba” tersebut berarti uji ledak nuklir langsung, atau hanya uji penerbangan sistem peluncur tanpa ledakan nuklir.

Para analis keamanan memperingatkan bahwa kembalinya uji coba nuklir oleh salah satu negara besar berpotensi memicu efek domino dan mendorong negara-negara lain melakukan hal serupa.

Peneliti senior di United Nations Institute for Disarmament Research, Andrey Baklitskiy, menilai langkah Rusia merupakan contoh nyata dari “siklus aksi–reaksi” yang bisa memicu perlombaan senjata nuklir baru.

“Tidak ada yang menginginkan hal ini, tetapi bisa saja kita sampai di sana tanpa disadari,” tulis Baklitskiy di platform X.

Selanjutnya: OJK Pacu Pembiayaan KPR lewat Skema KUR Perumahan

Menarik Dibaca: Poco C85 Resmi Meluncur, Usung RAM 16GB untuk Performa Gaming Maksimal




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×