Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - BUSAN, Korea Selatan. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Kamis (30/10/2025) memerintahkan militer AS untuk segera memulai kembali proses pengujian senjata nuklir, mengakhiri jeda selama 33 tahun.
Langkah mengejutkan ini dinilai sebagai sinyal tegas kepada dua kekuatan nuklir besar dunia: China dan Rusia.
Pengumuman tersebut disampaikan Trump melalui media sosial Truth Social saat berada di helikopter Marine One menuju pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping di Busan, Korea Selatan.
Baca Juga: Netflix Umumkan Stock Split 10:1, Saham Lebih Terjangkau
“Karena negara lain melakukan pengujian, saya telah memerintahkan Departemen Perang untuk memulai pengujian senjata nuklir kita secara setara. Proses ini dimulai segera,” tulis Trump.
Belum jelas apakah yang dimaksud Trump adalah uji coba nuklir eksplosif yang berada di bawah kendali National Nuclear Security Administration atau uji peluncuran rudal bersenjata nuklir.
AS terakhir kali melakukan uji coba nuklir pada September 1992, sebelum Presiden George H.W. Bush mengumumkan moratorium nasional.
Sementara Rusia terakhir kali menguji senjata nuklir pada 1990, dan China pada 1996.
Langkah Trump muncul di tengah meningkatnya aktivitas militer Rusia dan China. Presiden Vladimir Putin dalam sepekan terakhir telah menguji dua senjata bertenaga nuklir baru, termasuk torpedo otonom Poseidon dan rudal jelajah Burevestnik.
Baca Juga: Trump dan Xi Akhiri Perang Dagang dengan Kesepakatan Baru
Menanggapi keputusan Trump, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan pihaknya “tidak mengetahui ada negara lain yang sedang menguji senjata nuklir” dan berharap Trump mendapat informasi yang akurat.
Kementerian Luar Negeri China juga menyerukan agar AS tetap mematuhi komitmen moratorium pengujian nuklir untuk menjaga stabilitas strategis global.
Kepala Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty Organization (CTBTO) Robert Floyd menyatakan keprihatinan mendalam, menilai keputusan tersebut “berpotensi mengguncang upaya nonproliferasi global dan keamanan internasional.”
“Uji coba nuklir apa pun akan menjadi langkah mundur yang berbahaya,” tegas Floyd.
Baca Juga: Meta Catat Biaya Sekali Bayar Rp 256 Triliun Untuk Program Trump
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga memperingatkan bahwa risiko nuklir dunia sudah “sangat tinggi” dan setiap tindakan salah perhitungan dapat berujung pada konsekuensi “katastrofik”.
Trump, dalam perjalanan pulang ke Washington, mengatakan pengujian diperlukan agar AS tetap sejajar dengan kekuatan nuklir lain. “Jika negara lain menguji, maka kita juga sepatutnya melakukannya,” ujarnya.
Sementara itu, Wakil Presiden AS JD Vance menegaskan bahwa pengujian diperlukan untuk memastikan “arsenal nuklir AS berfungsi dengan baik.”
Namun, kritik langsung datang dari kubu Demokrat. Senator Edward Markey menyebut langkah ini “berisiko memicu perlombaan senjata nuklir baru” dan berjanji mengajukan rancangan undang-undang untuk melarang pendanaan uji coba tersebut.
Baca Juga: Trump dan Xi Sepakati Pemangkasan Tarif, China Janji Beli Kedelai AS
Direktur Arms Control Association Daryl Kimball memperingatkan bahwa keputusan itu bisa memicu “reaksi berantai” dari negara-negara bersenjata nuklir lainnya dan meruntuhkan Non-Proliferation Treaty (NPT).
“Trump salah informasi dan terputus dari realitas. Tidak ada alasan teknis, militer, maupun politik bagi AS untuk kembali menguji senjata nuklir,” ujar Kimball.


/2025/10/29/1785531094.jpg) 
  
  
  
  
  
  
  
  
  
 











