kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Merger dan akuisisi lintas negara turun 25% yoy sepanjang 2019, kenapa?


Rabu, 01 Januari 2020 / 23:11 WIB
Merger dan akuisisi lintas negara turun 25% yoy sepanjang 2019, kenapa?
ILUSTRASI. Presiden Bangkok Bank Chartsiri Sophonpanich menandatangani naskah perjanjian pembelian saham bersyarat antara Bangkok Bank, Standard Chartered Bank PLC dan PT Astra International Tbk.


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -NEW YORK. Nilai merger dan akuisisi (M&A) lintas negara mengalami penurunan pada 2019 lalu. Mengutip Reuters pada Rabu (1/1), nilai M&A lintas border mencapai US$ 1,2 triliun sepanjang tahun lalu. Nilai ini turun 25% year-on-year ke level terendah sejak 2013.

Penurunan M&A lintas negara karena meningkatnya ketidakpastian geopolitik. Di sisi lain, pengawasan regulasi terhadap kesepakatan M&A membuat banyak pimpinan dan dewan perusahaan waspada untuk melakukan ekspansi di luar pasar asal mereka.

Baca Juga: Tiga taipan Thailand dikabarkan berminat mengakuisisi bisnis Tesco di Asia

"Perusahaan-perusahaan lebih nyaman tahun ini melakukan kesepakatan di dalam wilayah mereka sendiri mengingat risiko makroekonomi seperti tarif perdagangan dan Brexit, sehingga M&A lintas-batas turun," kata co-head global M&A JPMorgan Chase & Co Chris Ventresca .

Penyedia data keuangan Refinitiv merilis Nilai M&A secara global sekitar US$ 3,9 triliun pada tahun 2019. Nilai ini hanya sedikit lebih rendah dari US$ 3,96 triliun dalam transaksi yang tercatat pada 2018.

Para pembuat kesepakatan M&A mengatakan mereka berharap risiko geopolitik mulai menipis. Sebab perusahaan menjadi lebih berani untuk mengejar lebih banyak ikatan di seluruh wilayah pada tahun 2020.

Padahal transaksi M&A mungkin terjadi lantaran karena perusahaan didorong oleh kinerja saham yang kuat. Juga pembiayaan murah untuk mengejar akuisisi transformatif di seluruh penjuru dunia.

Baca Juga: Grab dan Singtel bakal dirikan bank digital, seperti apa?

Jumlah M&A dengan nilai transaksi lebih dari US$ 10 miliar meningkat 8% YoY menjadi 43 kesepakatan pada 2019 lalu. Ini menjadi level tertinggi sejak 2015, menurut Refinitiv. 

Sekitar 21 kesepakatan, masing-masing bernilai lebih dari US$ 20 miliar, menyumbang hampir seperempat volume nilai M&A global pada 2019.

“Mega-deal adalah fitur utama dari pembuatan kesepakatan tahun ini, terutama di Amerika Serikat, di mana sebagian besar transaksi ini terjadi,” kata co-head global M&A Goldman Sachs Group Inc (GS.N) Gilberto Pozzi.

Kesepakatan terbesar tahun ini termasuk pembuat obat-obatan AS Bristol-Myers Squibb Co mengakuisisi Celgene Corp senilai US$ 74 miliar. Juga Kontaktor pertahanan AS Raytheon Co merger dengan bisnis luar angkasa United Technologies Corp menjadikan perusahaan bernilai US$ 135 milia. Juga pembelian perusahaan farmasi AS A. AbbVie Inc senilai US$ 64 miliar dari pembuat Botox Allergan Plc.

Amerika Serikat menyumbang hampir setengah dari volume M&A global pada 2019. Adapun nilai M&A AS yang diumumkan senilai US$ 1,8 triliun. naik 6% dari tahun lalu. 

Baca Juga: Nasabah Hanson International (MYRX) mulai menagih uangnya kembali

Eropa dan Asia berada jauh di posisi kedua, dengan sedikit transaksi M&A senilai lebih dari US$ 740 miliar diumumkan di masing-masing kawasan.

"Eropa telah dihantam oleh hambatan ekonomi makro di pasar-pasar utama, termasuk Inggris, Jerman dan Prancis, di mana ketidakpastian Brexit, pertumbuhan yang lambat dan keresahan sosial telah menjadi beberapa rintangan utama," kata Pier Luigi Colizzi, kepala Barclays Plc M&A untuk Eropa dan Timur Tengah.

Di Inggris, pasar M&A terbesar di Eropa, kesepakatannya turun 4% YoY menjadi US$ 220,6 miliar, dengan sebagian besar tahun didominasi oleh debat politik tentang kapan dan bagaimana Inggris akan meninggalkan Uni Eropa.

"Ketidakpastian pasar di Inggris telah mendukung dana ekuitas swasta, yang telah sangat aktif dan telah melakukan sejumlah kesepakatan take-private, termasuk Merlin Entertainments, Sophos dan Cobham," kata Cyrus Kapadia, kepala eksekutif Lazard Ltd operasi Inggris.

Di Asia, perlambatan ekonomi China menyebabkan volume M&A di negara itu turun 14% YoY menjadi US$ 380,3 miliar, sementara kekacauan politik yang dipicu oleh gejolak pro-demokrasi Hong Kong membuat para pembuat kesepakatan di wilayah yang lebih luas itu gelisah.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×