Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. We Company, perusahaan pemilik WeWork berencana untuk melanjutkan roadshow investor dalam rangka penawaran umum saham perdana (IPO) pada awal pekan depan.
Mengutip Reuters, seorang sumber Ryang akrab dengan masalah ini, IPO WeWork diragukan sejak Kamis, setelah seorang sumber memperkirakan startup coworking space AS itu saat ini memiliki valuasi sedikit di atas US$ 20 miliar, kurang dari setengah dari pencapaian penggalangan dana pada Januari yang mencapai US$ 47 miliar.
Tumbuhnya skeptisisme investor atas kurangnya roadmap perusahaan menuju profitabilitas, dan pendiri perusahaan Adam Neumann yang tegung pada tata kelola membebani prospek IPO-nya.
Penurunan valuasi We Company akan menjadi pukulan bagi investor, termasuk pendukung terbesarnya, SoftBank Group Corp, Jepang.
Sumber tersebut menambahkan, Jumat (6/9) lalu We Company mengatakan kepada penjamin emisi IPO dan investor pasar saham potensial bahwa mereka berharap akan memulai roadshow pada awal pekan depan.
Sumber tersebut mengingatkan bahwa tidak ada keputusan final tentang kapan roadshow dimulai dan rencananya masih dapat berubah. We Company menolak berkomentar.
Roadshow IPO biasanya berlangsung selama 10 hari yang dimanfaatkan perusahaan untuk meminta umpan balik dari investor dengan tujuan meyakinkan mereka untuk membeli saham dalam IPO.
We Company berharap untuk meyakinkan investor untuk menilai perusahaan lebih dekat.
We Company menyewakan ruang kerja kepada klien dengan kontrak jangka pendek dan membayar sewa untuk properti untuk jangka panjang.
Perusahaan yang berbasis di New York ini membukukan kerugian lebih dari US$ 900 juta pada paruh pertama tahun 2019, naik 25% dari tahun sebelumnya. Meski pendapatannya naik dua kali lipat menjadi US$ 1,54 miliar di tengah gencarnya ekspansi.
Kerugain yang meningkat dan kekhawatiran tentang bagaimana model bisnis yang akan bertahan dari perlambatan ekonomi menimbulkan keraguan analis dan investor tentang prospek IPO nya.
Pada Agustus, We Company mendapatkan komitmen pendanaan kredit dari bank senilai US$ 6 miliar dan berupaya meningkatkan pendanaan lewat IPO.
Namun, hal yang membuat prospek IPO We Company lebih suram adalah latar belakang pasar yang bergejolak di tengah perang dagang AS-China membuat pasar saham AS pada Agustus mencatatkan periode terburuknya dalam empat tahun.
Kepala Perusahaan penasihat real estate Greenhill &Co Adam Troso mengatakan, jika We Company melanjutkan IPO, investornya akan merugi, tetapi mereka dapat menebusnya di masa depan jika perusahaan mampu mencapai penilaian yang diproyeksikan.
"Masih ada peluang (valuasinya) kembali ke tempat yang diharapkan. Begitulah cara seorang penjamin emisi menjelaskan kepada kliennya," kata Troso.