Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
Akibat dari perubahan pola perdagangan akibat pandemi, surplus perdagangan China dengan AS mencapai rekor bulanan baru sebesar Us$ 37,4 miliar pada bulan November. Meskipun Beijing menjanjikan peningkatan tajam dalam impor dari AS tahun ini sebagai bagian dari kesepakatan perdagangan fase satu yang bertujuan menghentikan sengketa perdagangan dengan Washington.
Data terbaru menunjukkan China jauh dari memenuhi targetnya berdasarkan kesepakatan itu. Presiden terpilih AS Joe Biden baru-baru ini mengatakan bahwa dia tidak akan segera menghapus tarif yang diberlakukan oleh pemerintahan Trump dan akan berkonsultasi dengan sekutu sebelum mengembangkan strategi China.
Impor China cenderung didorong oleh permintaan input mentah untuk investasi dan komoditas pertanian, daripada barang konsumsi. Impor bijih besi dalam 11 bulan pertama tahun ini naik hampir 10,9% dari periode yang sama tahun 2019, sementara pembelian kedelai dari luar negeri naik 17,5%.
Baca Juga: China: Beberapa orang di AS menganut mentalitas Perang Dingin
“Impor sedikit lebih lemah dari yang diharapkan, yang menunjukkan bahwa belanja infrastruktur mungkin perlu istirahat karena musim dingin semakin dekat,” kata Zhou dari Commerzbank.
Indikator perdagangan utama, seperti biaya pengiriman barang dan pesanan ekspor dalam survei manajer pembelian China tetap kuat, menunjukkan kinerja ekspor yang solid dapat dipertahankan hingga tahun baru. Ekspor Korea Selatan, penentu arah perdagangan global, menguat pada bulan November.
Namun beberapa ekonom memperingatkan bahwa kinerja mungkin melambat tahun depan jika peluncuran vaksin memungkinkan pabrik di tempat lain untuk kembali ke kapasitas penuh.
"Kami memperingatkan bahwa kekuatan ekspor dapat mereda pada tahun 2021 karena pemulihan di negara-negara besar melambat setelah rebound berbentuk V dan produksi di negara lain secara bertahap menjadi normal," kata Lam.