Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - LONDON. Hidup mewah seorang buronan asal China, Qian Zhimin, akhirnya berakhir di balik jeruji penjara Inggris setelah hampir tujuh tahun melarikan diri dari kejaran aparat.
Qian, yang menjadi dalang skema ponzi raksasa di China, dijatuhi hukuman 11 tahun 8 bulan penjara oleh Pengadilan Southwark Crown, London, pekan ini.
Melansir Reuters Selasa (11/11/2025), perjalanan pelariannya dimulai pada 2017, ketika perempuan berusia 40-an tahun itu melintasi perbatasan Myanmar dengan sepeda motor untuk menghindari penangkapan.
Baca Juga: Jual Semua Saham Nvidia, Softbank Raih US$ 5,8 Miliar
Ia kemudian berpindah-pindah di Asia Tenggara, sebelum tiba di Bandara Heathrow, London, menggunakan paspor palsu St. Kitts and Nevis atas nama Zhang Yadi.
Selama masa pelarian, Qian hidup dalam kemewahan. Ia mengonversi bitcoin hasil kejahatannya menjadi uang tunai untuk membeli perhiasan dan barang-barang mewah.
Bersama asistennya, ia kerap bepergian keliling Eropa, menghindari negara-negara yang memiliki perjanjian ekstradisi dengan China.
Menurut jaksa dan kepolisian Inggris, Qian berupaya mencuci uang hasil penipuannya melalui pembelian properti mewah di London dan sebuah vila di Tuscany, Italia.
Upayanya membeli rumah pada 2018 justru membuatnya masuk dalam radar kepolisian Inggris.
Lebih jauh, dari catatan harian yang ditemukan polisi, Qian bahkan menyimpan ambisi eksentrik untuk menjadi “penguasa” Liberland, sebuah “mikronasi” yang diklaim berada di perbatasan Kroasia–Serbia.
Baca Juga: Skema Ponzi China Terbongkar di Inggris, 61.000 Bitcoin Disita Polisi London
Dana Asal Penipuan Besar di China
Otoritas China menuduh Qian sebagai otak di balik skema investasi palsu senilai 40 miliar yuan (US$5,62 miliar) yang merugikan sekitar 128.000 korban antara 2014–2017.
Setelah sempat membantah tuduhan tersebut, Qian akhirnya mengaku bersalah pada September lalu atas dakwaan pencucian uang hasil kejahatan.
Kepolisian Inggris menemukan 61.000 bitcoin di properti sewa Qian di London serta di sebuah kotak penyimpanan aman (safety deposit box) pada 2018.
Saat itu nilainya sekitar £1,5 miliar, dan kini melonjak menjadi hampir £5 miliar (US$6,7 miliar) seiring kenaikan harga bitcoin.
Selain itu, sekitar £67 juta bitcoin tambahan ditemukan dari buku catatan yang disembunyikan di saku celana Qian ketika ditangkap pada 2024.
Baca Juga: Pertumbuhan Upah di Inggris Melambat Perkuat Bunga Turun Bulan Depan
Aset Disita, Korban Minta Kompensasi
Aset digital yang disita saat ini tengah menjadi subjek proses hukum perdata oleh jaksa Inggris.
Otoritas setempat tengah mempertimbangkan skema kompensasi bagi para korban penipuan di China beberapa di antaranya meminta agar bitcoin tersebut dikembalikan dalam bentuk aslinya.
Selama bersembunyi di Inggris, Qian dibantu dua orang: Wen Jian dan Ling Seng Hok.
Baca Juga: Cryptogate Argentina: Hakim Bekukan Aset Terkait Token Libra Senilai US$120 Juta
Wen, yang bekerja di restoran China di London sebelum mengenal Qian, bepergian ke berbagai negara Eropa untuk menukar bitcoin menjadi uang tunai. Ia divonis hampir tujuh tahun penjara pada 2023.
Setelah Wen ditangkap pada 2022, Qian merekrut Ling, warga Malaysia berusia 47 tahun, untuk membantu mencuci uang dan menyewa properti.
Ling bahkan berupaya mendapatkan paspor palsu untuk Qian menggunakan foto aktris Hong Kong mendiang Shen Dianxia.
Namun, upaya itu justru menjadi petunjuk bagi polisi Inggris.
Pergerakan bitcoin yang masuk ke rekening atas nama Ling menuntun aparat ke lokasi persembunyian Qian di Inggris utara pada 2024. Ling akhirnya dijatuhi hukuman 4 tahun 11 bulan penjara.













