Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Pada 2 Oktober 2025, miliarder sekaligus manajer hedge fund asal Amerika Serikat, Ray Dalio, memublikasikan sebuah unggahan di platform X yang menjelaskan pandangannya tentang peran Bitcoin dalam sistem moneter global.
Melansir Crypto News, Dalio menegaskan bahwa uang harus berfungsi sebagai alat tukar sekaligus penyimpan nilai. Dan yang lebih penting, unggahannya menunjukkan bahwa Bitcoin belum membuktikan diri untuk menjadi penyimpan nilai yang stabil.
Ia menambahkan, “Saya ragu bank sentral akan mengadopsinya sebagai mata uang cadangan.”
Salah satu alasannya adalah karena transparansi blockchain Bitcoin.
Alasan Dalio: Transparansi dan Ketahanan
Dalio menjelaskan pandangannya melalui dua alasan utama.
Pertama, transparansi. Blockchain Bitcoin mencatat setiap transaksi secara permanen di buku besar publik. Meski hal ini sering dipuji sebagai perlindungan terhadap korupsi dan penipuan, Dalio melihatnya sebagai kelemahan bagi pemerintah.
Bank sentral membutuhkan kerahasiaan saat mengatur cadangan, mengelola modal, atau melakukan intervensi pasar.
“Buku besar yang sepenuhnya publik akan membuka langkah-langkah yang tidak bisa diungkap oleh pemerintah,” tulisnya.
Baca Juga: Bitcoin Bertahan Dekat Rekor Tertinggi, Didorong Minat Investor dan Sentimen AS
Kedua, ia menyoroti ketahanan (resilience). Dalio mengingatkan adanya kemungkinan bahwa kodenya bisa diretas atau dibuat tidak efektif oleh kebijakan pemerintah, yang mengacu pada risiko teknis dan regulasi.
Walau dasar kriptografi Bitcoin telah bertahan selama 15 tahun, ia menilai ketidakpastian atas potensi kerentanan, fork, atau pembatasan negara membuatnya tidak cukup andal sebagai fondasi manajemen cadangan.
Masalah Volatilitas
Volatilitas juga menjadi kendala besar. Menurut data CoinMetrics, volatilitas tahunan Bitcoin selama satu tahun terakhir berada di kisaran 40–50%, jauh lebih tinggi dibanding emas yang hanya 10–17% per tahun.
Selama puluhan tahun, rata-rata volatilitas emas berkisar 15–16%, sedangkan indeks dolar AS hanya bergerak di kisaran satu digit.
Perbedaan besar ini membuat Bitcoin kurang menarik bagi bank sentral yang menuntut stabilitas dan prediktabilitas.
Meski begitu, Dalio mengakui bahwa ia tetap memiliki sebagian kecil Bitcoin. Pandangannya konsisten dengan tulisannya pada 2021, ketika ia menyebut Bitcoin sebagai opsi jangka panjang untuk masa depan yang sangat tidak pasti. Dia juga menyarankan agar Bitcoin hanya menjadi porsi kecil dalam portofolio yang terdiversifikasi.
Baca Juga: Harga Bitcoin Diprediksi Tembus US$150.000, Analis: Kenaikan Besar Baru Dimulai