Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Jalan Panjang Menuju Status Cadangan Resmi
Untuk menjadi aset cadangan dunia, Bitcoin harus bisa menandingi instrumen yang selama ini disimpan oleh bank sentral: dolar AS, obligasi pemerintah, euro, dan emas.
Hingga kuartal II 2025, dolar AS masih menguasai 57% cadangan devisa global, meski ada tren kenaikan cadangan emas dan yuan.
Data World Gold Council menunjukkan bank sentral dunia kini memegang 36.000–37.000 ton emas, dengan AS sebagai pemegang terbesar (8.133 ton).
Emas disukai bukan karena kenaikan harga cepat, tapi karena ketahanannya, likuiditas, dan penerimaan universal—sesuai karakter aset cadangan sejati.
Sebaliknya, Bitcoin hanya dimiliki secara terbatas oleh negara. Pada 2025, total kepemilikan pemerintah diperkirakan sekitar 463.000 BTC (2,3% dari total suplai).
AS menjadi pemegang terbesar (207.000 BTC) dari hasil sitaan, diikuti China, Inggris, Ukraina, dan Bhutan.
Namun, sebagian besar kepemilikan itu bukan hasil strategi cadangan, melainkan akibat penegakan hukum atau eksperimen nasional.
Meskipun AS kini membentuk Strategic Bitcoin Reserve dan beberapa negara seperti El Salvador serta Argentina mengaitkan Bitcoin dengan kebijakan nasional, langkah tersebut masih jauh dari standar cadangan tradisional.
Perbandingan nilai pun masih timpang — cadangan emas AS saja jauh lebih besar dari seluruh Bitcoin yang dipegang pemerintah dunia.
Tonton: Bitcoin ETF Bakal Dorong Reli Bitcoin? Simak Proyeksi Perbankan Global!
Dengan volatilitas tinggi, regulasi belum jelas, dan tanpa dukungan likuiditas antarnegara, Bitcoin belum memenuhi syarat sebagai aset cadangan global.
Dalio skeptis bukan karena pesimis, tetapi realistis.
Bank sentral memerlukan aset yang tahan lama, rahasia, dan stabil — kriteria yang belum bisa dipenuhi Bitcoin.
Untuk saat ini, Bitcoin lebih cocok dianggap sebagai instrumen spekulatif dan aset pelengkap, bukan pilar utama sistem cadangan dunia.