Sumber: Channelnewsasia.com | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada tanggal 14 Agustus 2024, militer Myanmar dengan tegas membantah rumor yang beredar mengenai penahanan Kepala Junta, Senior Jenderal Min Aung Hlaing, oleh para jenderal dalam sebuah kudeta internal yang dilaporkan terjadi menjelang kunjungan Menteri Luar Negeri China.
Pihak militer menegaskan bahwa berita tersebut hanyalah propaganda yang disebarkan oleh "pengkhianat" dengan tujuan mengganggu perdamaian dan stabilitas negara.
Tuduhan Propaganda dan Reaksi Militer
Dalam pernyataan resmi yang dirilis pada hari Rabu, militer Myanmar menuduh bahwa klaim-klaim mengenai penahanan Min Aung Hlaing adalah upaya untuk merusak ketenangan nasional.
"Kepala negara dan otoritas lainnya sedang menjalankan tanggung jawab nasional mereka bersama-sama," kata pernyataan tersebut, yang juga menekankan bahwa pihak-pihak yang menyebarkan informasi tersebut dianggap sebagai "pengkhianat."
Baca Juga: 200 Orang Rohingya Tewas dalam Serangan Drone di Myanmar
Dalam beberapa pekan terakhir, Min Aung Hlaing menghadapi kritik dari para pendukung militer, terutama setelah pasukan pemerintah mengalami kekalahan di berbagai wilayah yang dikuasai oleh kelompok-kelompok bersenjata etnis minoritas dan oposisi lainnya yang berusaha menggulingkan kudeta yang terjadi pada tahun 2021.
Keberhasilan aliansi kelompok-kelompok bersenjata etnis dalam merebut wilayah komando timur laut militer di Negara Bagian Shan Utara, khususnya di kota Lashio yang berbatasan dengan Provinsi Yunnan di China, semakin memperkuat sentimen ketidakpuasan terhadap kepemimpinan militer saat ini.
Hubungan Myanmar dan China: Sebuah Dinamika Kompleks
Kunjungan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, ke Myanmar memiliki arti penting dalam konteks hubungan bilateral yang saling menguntungkan antara kedua negara.
China dikenal sebagai sekutu utama dan pemasok senjata bagi junta militer, meskipun di sisi lain, China juga memelihara hubungan dengan kelompok-kelompok bersenjata etnis yang menguasai wilayah perbatasan Myanmar-China.
Baca Juga: Waspada Gempa Megathrust Indonesia: Ketahui Lokasi dan Karakteristiknya
Menurut juru bicara anonim dari Kementerian Luar Negeri China, kunjungan Wang Yi dimaksudkan untuk "memperdalam kerja sama bilateral yang saling menguntungkan di berbagai bidang."
Meskipun demikian, Wang Yi tidak akan bertemu dengan pemimpin demokrasi Myanmar, Aung San Suu Kyi, yang telah ditahan oleh militer sejak kudeta berlangsung.