Sumber: Al Jazeera | Editor: Khomarul Hidayat
Ketegangan meningkat dalam beberapa hari terakhir setelah 34 tentara Turki tewas dalam serangan udara pemerintah Suriah di Idlib.
Jumlah korban tersebut adalah yang terbanyak yang diderita militer Turki sejak campur tangan dalam konflik Suriah pada 2016. Sebagai balasan, Ankara menghantam sejumlah sasaran pemerintah Suriah.
Berbicara di Hatay pada Minggu (1/3), Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengatakan respons Ankara juga menghancurkan delapan helikopter Suriah, 103 tank, 72 peluncur artileri dan roket, dan tiga sistem pertahanan udara. Dia juga mengatakan respons Turki disebut operasi "Spring Shield".
Baca Juga: Tewaskan 22 tentara Turki, Rusia: Tak seharusnya mereka berada di daerah itu
Suriah sendiri belum mengomentari klaim Turki tersebut.
"Kami tidak berniat bentrok dengan Rusia. Tujuan kami adalah menghentikan pembantaian, radikalisasi, dan migrasi rezim Suriah," kata Akar seperti dikutip oleh media Turki.
Dia melanjutkan dengan janji pembalasan terhadap serangan terhadap pasukan Turki dan pos pengamatan Turki di Idlib, Turki hanya akan menargetkan tentara dan elemen rezim Suriah di Idlib yang menyerang pasukan Turki. Turki mengharapkan Rusia menggunakan pengaruhnya untuk mengakhiri serangan rezim Suriah.
Tidak ada komentar langsung dari Rusia soal ini.
Konflik bersenjata di di Idlib telah membuat hampir satu juta orang, kebanyakan wanita dan anak-anak mengungsi, menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sekitar 299 warga sipil juga telah dikonfirmasi tewas.
Tim penyelamat pertahanan sipil Suriah mengatakan kepada Al Jazeera bahwa empat warga sipil tewas, termasuk seorang anak, dalam serangan udara pada hari Minggu oleh pasukan pemerintah di dekat kota Maaret Masreen di Idlib.
Mark Lowcock, Kepala Badan Kemanusiaan PBB menggambarkan situasi itu sebagai "kisah horor kemanusiaan terbesar abad ke-21" dan menyerukan gencatan senjata segera.
Baca Juga: Rusia kirim dua kapal perang ke Suriah untuk merespons Turki