Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Monumen Yonaguni di Jepang terus menjadi perdebatan ilmiah dan spekulasi publik sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1987.
Terletak 25 meter di bawah permukaan laut di dekat Pulau Yonaguni, Okinawa, struktur ini memicu perdebatan tajam antara mereka yang percaya bahwa itu adalah buatan manusia dan yang berpendapat bahwa itu hanyalah fenomena geologi alami.
Penemuan Tak Sengaja oleh Kihachiro Aratake
Mengutip Unilad, penemuan Monumen Yonaguni terjadi secara kebetulan oleh penyelam lokal bernama Kihachiro Aratake. Dalam wawancaranya dengan BBC, Aratake mengungkapkan bahwa ia sangat emosional saat menemukan struktur tersebut. Menyadari potensi pentingnya, ia merahasiakan temuan itu dari stafnya sendiri, menyebutnya sebagai "harta karun Pulau Yonaguni".
Namun, tak butuh waktu lama hingga para ilmuwan datang untuk meneliti secara langsung struktur raksasa berbentuk piramida ini.
Baca Juga: Ilmuwan Peringatkan Fenomena yang Dapat Membawa Manusia Kembali ke Zaman Kegelapan
Monumen ini diperkirakan berusia sekitar 10.000 tahun, jauh lebih tua dibandingkan dengan Piramida Mesir (sekitar 4.500 tahun) dan Stonehenge (sekitar 5.000 tahun). Bentuk-bentuk yang menyerupai anak tangga, teras datar, dan sudut-sudut simetris telah membuat banyak peneliti berspekulasi bahwa struktur ini kemungkinan besar dibuat oleh tangan manusia.
Namun, kesimpulan ini masih kontroversial. Beberapa arkeolog menganggap formasi tersebut hanyalah hasil dari proses geologi alami seperti pelapukan, tektonik, dan erosi.
Perdebatan Sengit: Graham Hancock vs Flint Dibble
Dalam salah satu episode podcast The Joe Rogan Experience tahun 2024, penulis teori alternatif Graham Hancock dan arkeolog Flint Dibble terlibat perdebatan panas. Dibble berpendapat bahwa Monumen Yonaguni tidak menunjukkan karakteristik arsitektur manusia:
"Saya telah melihat banyak formasi alam yang aneh, dan saya tidak melihat apa pun di sini yang mengingatkan saya pada arsitektur manusia," kata Dibble.
Namun Hancock dengan tegas membalas:
"Bagi saya, Flint, sangat mengejutkan bahwa kamu melihat ini sebagai sesuatu yang sepenuhnya alami. Tapi saya rasa kita memang punya pandangan yang sangat berbeda."
Hancock bahkan menyamakan potensi usia Monumen Yonaguni dengan Göbekli Tepe di Turki, salah satu struktur buatan manusia tertua yang diketahui, yang diperkirakan dibangun sekitar tahun 9500 SM.
Baca Juga: Asteroid Besar Menuju Bumi! Ilmuwan Peringatkan Potensi Tabrakan pada 2032
Masaaki Kimura: Monumen Ini Tidak Mungkin Murni Alami
Pandangan Hancock juga diamini oleh Masaaki Kimura, ahli geologi kelautan dari Jepang yang telah meneliti situs ini secara ekstensif. Awalnya Kimura juga mengira struktur ini terbentuk secara alami. Namun setelah melakukan penelitian lebih dalam, ia menarik kesimpulan lain:
"Saya rasa sangat sulit untuk menjelaskan asal-usulnya sebagai sesuatu yang sepenuhnya alami, karena banyak sekali bukti pengaruh manusia pada struktur-struktur ini," ujarnya kepada National Geographic pada 2007.
Kimura bahkan memperkirakan usia monumen ini sekitar 6.000 tahun, menempatkannya di antara struktur buatan manusia paling awal dalam sejarah peradaban.
Kontroversi Usia dan Asal-usul Monumen Yonaguni
Perdebatan terus berlangsung mengenai usia dan siapa yang mungkin membangunnya. Tidak adanya artefak yang ditemukan di lokasi, serta minimnya bukti kontekstual, membuat banyak arkeolog skeptis terhadap klaim bahwa monumen ini merupakan situs buatan manusia kuno.
Namun demikian, bentuk geometris yang sangat jelas—seperti sudut-sudut siku-siku dan platform simetris—membuat para pendukung teori "buatan manusia" tetap optimis.