kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,20   -15,29   -1.66%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Negaranya Dilanda Krisis Ekonomi Parah, Presiden Sri Lanka Akhirnya Mengaku Bersalah


Selasa, 19 April 2022 / 13:28 WIB
Negaranya Dilanda Krisis Ekonomi Parah, Presiden Sri Lanka Akhirnya Mengaku Bersalah
ILUSTRASI. Presiden Srin Lanka Gotabaya Rajapaksa. REUTERS/Dinuka Liyanawatte.


Sumber: AP | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - COLOMBO. Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa pada Selasa (19/4) mengakui telah melakukan kesalahan yang mendorong negaranya masuk ke dalam krisis ekonomi terburuk dalam beberapa dekade. Dia berjanji untuk bertanggungjawab dan memperbaikinya.

Sri Lanka kini ada di ambang kebangkrutan dengan menumpuk utang luar negeri mencapai US$ 25 miliar. Sekitar US$ 7 miliar utang mereka rencananya akan dibayarkan tahun ini.

Minimnya devisa membuat negara ini kekurangan uang untuk membeli barang-barang impor. Masyarakatnya telah mengalami kekurangan kebutuhan pokok, seperti makanan, gas untuk memasak, bahan bakar minyak, dan obat-obatan, selama berbulan-bulan.

Baca Juga: Peringatan PBB: Perang di Ukraina Bisa Menghancurkan Banyak Negara Miskin

Berbicara di hadapan 17 menteri kabinet baru yang ditunjuknya pada Senin, Presiden Rajapaksa akhirnya mengakui telah salah mengambil keputusan ekonomi sehingga Sri Lanka harus jatuh ke dalam krisis ekonomi parah.

"Hari ini, masyarakat berada di bawah tekanan besar karena krisis ekonomi ini. Saya sangat menyesali situasi ini. Kondisi ini perlu diperbaiki. Kita harus memperbaikinya dan bergerak maju. Kita perlu mendapatkan kembali kepercayaan rakyat," kata Rajapaksa, seperti dikutip Associated Press (AP).

Rajapaksa menyebutkan, pemerintah seharusnya mendekati IMF sejak awal untuk mendapatkan bantuan, dan semestinya tidak melarang pupuk kimia dalam upaya membuat pertanian Sri Lanka sepenuhnya organik.

Banyak pihak yang mengkritik larangan penggunaan pupuk impor ditujukan untuk memperpanjang penurunan devisa negara dan merugikan petani.

Pekan lalu, Pemerintah Sri Lanka mengatakan, sedang menangguhkan pembayaran pinjaman luar negeri sambil menunggu pembicaraan dengan IMF. Sri Lanka juga telah mendekati China dan India untuk bisa mendapatkan pinjaman darurat.

Baca Juga: Militer Turki Gempur Gerilyawan Kurdi di Irak dari Darat dan Udara




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×