Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, pada hari Selasa (12/3) menegaskan bahwa operasi militer Israel untuk menumpas Hamas akan diteruskan hingga Rafah.
"Kami akan menyelesaikan pekerjaan di Rafah sambil memungkinkan penduduk sipil terhindar dari bahaya," kata Netanyahu dalam video yang diputar dalam konferensi organisasi AIPAC pro-Israel di Washington, AS, dikutip Reuters.
Rencana militer Israel untuk meneruskan operasinya ke Rafah memicu kecaman internasional, karena wilayah itu telah menjadi tempat perlindungan bagi jutaan warga Gaza. Rafah juga menjadi satu-satunya pintu masuk yang aman bagi bantuan kemanusiaan.
Baca Juga: PBB Akhirnya Mendapat Rute Baru untuk Mengirim Bantuan ke Gaza Utara
Semakin banyak suara yang ikut menyerukan agar Israel tidak memasuki Rafah, salah satu daerah terakhir yang relatif aman, tempat 1,5 juta orang mencari perlindungan.
Dewan Eropa telah mendesak pemerintah Israel untuk menahan diri dari operasi darat di Rafah. Tekanan itu tertuang dalam rancangan teks kesimpulan KTT Uni Eropa yang akan digelar pada 21-22 Maret mendatang.
Sejalan dengan itu, Presiden AS Joe Biden juga mengingatkan kepada Netanyahu bahwa berlanjutnya operasi militer hanya akan merugikan Israel di masa depan.
Bulan lalu, PBB memperingatkan bahwa serangan Israel ke Rafah berpotensi berubah menjadi pembantaian.
Baca Juga: PBB: Serangan Israel ke Rafah Bisa Memicu Pembantaian
"Operasi militer di Rafah bisa berujung pada pembantaian di Gaza. Mereka juga dapat meninggalkan operasi kemanusiaan yang sudah rapuh di ambang kematian," kata kepala bantuan PBB, Martin Griffiths.
Hingga saat ini komunitas internasional telah rutin memperingatkan konsekuensi berbahaya dari setiap invasi darat di Rafah. PBB juga mendesak Israel untuk tidak mengabaikan peringatan tersebut.
Sejak Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023, Israel bertekad untuk Israel membalas dengan melakukan pengepungan total terhadap Gaza.
Serangan darat dan udara yang dilancarkan militer Israel hingga saat ini telah membunuh lebih dari 31.000 penduduk Palestina tanpa pandang bulu.