Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Lembaga Bulan Sabit Merah (Red Crescent Society) Palestina menyayangkan sikap militer Israel yang masih terus menyerang area sekitar rumah sakit di Gaza.
Dalam pernyataannya hari Minggu, lembaga relawan medis itu mengatakan bahwa serangkaian serangan militer Israel telah menyebabkan kerusakan besar pada rumah sakit dan menyebabkan penghuni dan pasien mengalami sesak napas.
"Tentara Israel sengaja terus meluncurkan roket langsung di dekat Rumah Sakit Al-Quds dengan tujuan memaksa staf medis, pengungsi dan pasien untuk mengungsi dari rumah sakit," kata Bulan Sabit Merah, dikutip The Straites Times.
Bulan Sabit Merah mengatakan, ada sekitar 14.000 orang yang kehilangan tempat tinggal akibat perang kini berlindung di rumah sakit.
Baca Juga: WFP Sebut Pemeriksaan Bantuan Kemanusiaan Gaza Terlalu Ketat
Direktur Rumah Sakit Al-Quds, Bashar Murad, kepada media mengatakan bahwa pihaknya telah dua kali memanggil Bulan Sabit Merah untuk mengevakuasi seluruh isi rumah sakit sebelum dibom Israel.
"Kami menerima ancaman keras dari pasukan pendudukan (Israel) untuk segera mengevakuasi rumah sakit Al-Quds di Jalur Gaza karena rumah sakit tersebut akan dibom," kata Murad.
Ancaman peledakan rumah sakit ini juga telah sampai ke telinga WHO. Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan laporan ancaman untuk mengevakuasi Rumah Sakit Al-Quds sangat memprihatinkan.
Baca Juga: ICC: Menghambat Bantuan ke Gaza Bisa Menjadi Kejahatan
"Kami tegaskan kembali, tidak mungkin mengevakuasi rumah sakit yang penuh dengan pasien tanpa membahayakan nyawa mereka," tulis Tedros di X.
Sementara itu, Hamas juga telah mengeluarkan seruan kepada PBB dan komunitas internasional agar segera mengambil tindakan guna menghentikan ancaman Israel yang hendak menyerang rumah sakit.
Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas telah melaporkan 57 serangan terhadap fasilitas medis sejak perang meletus pada 7 Oktober. Selama periode itu, 12 rumah sakit di Gaza tidak lagi berfungsi dan 116 petugas kesehatan tewas.
Sejak saat itu juga, kementerian mengatakan lebih dari 8.000 warga Palestina telah terbunuh akibat pemboman balasan Israel yang tiada henti, di mana separuhnya adalah anak-anak.