Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, resmi menolak persyaratan yang diajukan oleh pejuang kemerdekaan Palestina Hamas, untuk gencatan senjata sementara.
Penolakan itu disampaikan Netanyahu pasca melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, di Israel hari Rabu (7/2).
Netanyahu menilai Pejuang Hamas ada dalam situasi delusional, karena dirinya baru saja menegaskan tekad untuk menghancurkan Pejuang Kemerdekaan Palestina, Hamas sampai ke akarnya. Dirinya merasa tidak ada alternatif lain selain menghancurkan Pejuang Kemerdekaan Palestina, Hamas.
Sebagai gambaran, situasi delusional adalah kondisi yang menunjukkan bahwa satu pihak yang tidak mempercayai kebenaran atas tindakan yang mereka lakukan, atau tindakan yang menipu diri sendiri.
Baca Juga: Sekjen PBB: Dunia Memasuki Zaman Kekacauan
Syarat Gencatan Senjata dari Hamas
Melansir Reuters, Pejuang Hamas mengusulkan gencatan senjata selama 4,5 bulan atau 135 hari. Selama periode itu, Pejuang Hamas bersedia membebaskan sandera secara berkala.
Pada 45 hari pertama, semua sandera perempuan Israel, laki-laki di bawah 19 tahun dan orang tua serta orang sakit akan dibebaskan.
Sebagai gantinya, Israel diminta membebaskan perempuan dan anak-anak Palestina yang ditahan sambil menarik pasukannya dari wilayah berpenduduk Gaza.
Tahap kedua akan mencakup pembebasan sandera laki-laki yang tersisa dan penarikan penuh Israel dari seluruh Gaza.
Sisa sandera, termasuk mereka yang meninggal, akan ditukar pada tahap ketiga.
Bersamaan dengan itu, Pejuang Hamas meminta Israel untuk menarik pasukannya dari Gaza dan segera menyusun kesepakatan untuk mengakhiri perang.
Baca Juga: Arab Saudi: Tak Akan Ada Hubungan dengan Israel Tanpa Pengakuan Negara Palestina
Ditolak Benjamin Netanyahu
Persyaratan ini merupakan tanggapan terhadap proposal sebelumnya yang dibuat oleh kepala mata-mata AS dan Israel dan disampaikan ke Hamas pekan lalu oleh mediator Qatar dan Mesir.
Sayangnya, Netanyahu menentang syarat tersebut. Dirinya bahkan menyebut Pejuang Hamas sedang dalam situasi delusional.
Dirinya menegaskan bahwa kemenangan total melawan Hamas adalah satu-satunya solusi bagi perang Gaza yang telah berlangsung selama empat bulan.
"Tekanan militer yang berkelanjutan merupakan syarat yang diperlukan untuk pembebasan para sandera," kata Netanyahu, dikutip Reuters.
Hingga hari Rabu, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan sedikitnya 27.585 warga Palestina kehilangan nyawa akibat serangan militer Israel di Gaza. Ribuan lainnya yang belum terdata diduga masih terkubur di bawah reruntuhan bangunan.
Sejak perang pecah pada 7 Oktober 2023 baru terjadi satu kali gencatan senjata, yang berlangsung selama seminggu di akhir bulan November.